Harga Barang Diserahkan Kepada Pembeli Malah Bingung
Biasanya kalau berbelanja, seninya terletak pada tawar menawar. Kalau dapat membeli dengan harga sesuai dengan keinginan ,rasanya ada kepuasan batin tersendiri. Menawar harga barang adalah hal yang sangat biasa,bukan lantaran mau menekan penjualnya. Karena bisa jadi harga barang yang sesungguhnya hanya 20 ribu rupiah, ditawarkan seharga 50 ribu rupiah.
Masa iya kita main beli saja? Jadi tidaklah tepat ,bilamana setiap orang yang menawar barang,dikategorikan sebagai orang yang tidak berbelas kasih. Karena jangan lupa,tidak semua Penjual itu jujur. Tentu saja,harus dibedakan dengan orang yang masih menawar harga segelas cendol atau semangkuk bakso.
Bebas Menentukan Harga Barang
Nah, ternyata kemarin kami lagi berada di Bazaar yang diadakan di Whitford. Anehnya barang barang yang dipajang disana ,tidak ada petugas yang melayani. Pokoknya silakan memilih barang barang yang dikehendaki dan kemudian tentukan sendiri harganya dan masukan pembayaran kedalam kotak yang disediakan.
Bukan hanya pembeli lain,tapi istri saya juga jadi bingung,mau bayar berapa? Ternyata jauh lebih enak melakukan tawar menawar dengan penjualnya,ketimbang disuruh menentukan harga sendiri.
Mau dibayar harga murah,rasanya tidak tegaan,maka terpaksa membayar dengan harga yang lebih tinggi. Secara psikologis, panitia yang menjual,sudah berhasil dalam taktik bisnisnya. Karena para wanita yang berbelanja Self Service,dengan apa boleh buat ,terpaksa membayar barang barang dengan harga yang lebih tinggi daripada biasanya. Misalnya satu set piring kaca yang terdiri dari 4 buah piring besar dan kecil,mau dibayar berapa?
Nah, apakah ada yang berlaku curang,mengambil barang barang seharga 100 dolar dan kemudian hanya memasukkan kedalam kotak ,uang recehan, tentu itu urusannya dengan Tuhan. Karena semua hasil penjualan, adalah untuk disumbangkan kepada para pengungsi dan orang orang homeless.
Baru kali ini, kami menemukan gaya dan cara berjualan unik, yakni menyerahkan sepenuhnya kepada para pembeli
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H