Lihat ke Halaman Asli

TJIPTADINATA EFFENDI

TERVERIFIKASI

Kompasianer of the Year 2014

Kaya Materi, tapi Miskin Mental

Diperbarui: 24 September 2017   08:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi (okezone.com)

Ketika Ada Pembagian Gratis,Tiba Tiba Banyak Orang Mengaku Miskin?

Saya ketemu dengan teman saya pak Widodo, di Yogya,yang setelah pensiun ,menyibukkan diri dalam organisasi masyarakat,sebagai Ketua RT. Dari cerita hilir mudik,sampai kepada topik pembicaraan :"Susahnya bagi beras gratis ". Karena ketika tugasnya sebagai Ketua RT membagikan beras raskin ,warganya protes,karena merasa sebagai warga di RT yang sama,mereka juga berhak mendapatkannya. 

Padahal diantaranya,banyak yang hidupnya berkecukupan. Pak Widodo bertanya kepada saya,apakah di Jakarta juga seperti itu?Saya tidak bisa menjawab :"Ya" atau "tidak" karena memang jarang berada di Jakarta.Tapi saya yakin,bahwa hal tersebut tidak hanya terjadi di Yogya,tapi juga dikota kota lainnya. Dimana ketika ada bantuan sosial,banyak yang naik motor, tapi juga ikut antrian. 

Mungkin pengertian kata :"gratis" perlu di jelaskan kepada masyarakat luas.Sehingga tidak perlu pengawalan Polisi dan tentara,setiap kali ada pembagian beras gratis atau bagi bagi uang dari para pejabat kita.Mungkin kita belum lupa tentang korban yang berjatuhan,ketika ada acara bagi bagi uang oleh salah seorang pejabat tinggi negara.

Gratis Berarti Untuk Orang Yang Tidak Punya

Bercerita bahwa di Australia,orang tidak tertarik untuk mengambil sesuatu yang gratis,tentu bukan untuk melecehkan negeri sendiri. Semisalnya : ada buahan gratis, ada kado Natal gratis, ada makanan gratis dan sebagainya ,tapi jarang ada yang mau mengambilnya.Apalagi sampai antrian.Bahkan ada barang baru seharga 400 ribu,juga tidak ada yang minat ambil.

Bukan gengsi ,melainkan,makna kosa kata :" gratis " yang tertanam dalam diri mereka berbeda total .Yakni :"Free atau gratis" ,hanya untuk yang tidak punya ".Walaupun tidak dituliskan,tapi sudah menjadi bagian dari pengertian kata :"free"

Apakah mungkin di negeri kita,setiap kali ada pembagian beras gratis ,diberikan tambahan keterangan:"Hanya bagi yang tidak punya?"

Kalau Bisa Beli ,Mengapa Ambil Yang Gratis?

Walaupun saya tidak berani menuliskan diri sebagai Pemerhati Sosial,tapi hal hal yang menyangkut kehidupan bermasyarakat ini ,selalu menarik untuk disimak dan dipelajari. Mengapa ada perbedaan falsafah hidup yang sangat bertolak belakang? Bagi banyak orang kaya dinegeri kita,ada filosofi:" Kalau ada yang gratis,mengapa harus beli?" Padahal yang gratis itu sesungguhnya adalah hak orang orang yang tidak punya?
Mungkin ada yang bisa tolong menjawabnya?

Tjiptadinata Effendi

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline