Lihat ke Halaman Asli

TJIPTADINATA EFFENDI

TERVERIFIKASI

Kompasianer of the Year 2014

Ketika Kita Dihadapkan Pada Sebuah Pilihan

Diperbarui: 14 Maret 2017   18:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika kiita harus memilih jalan hidup/tjiptadinata effendi

Saat ini,kami sedang berada di Bandara Internasional Perth.Diantarkan oleh cucu kami ,bersama mantu cucu,sejam yang lalu. Tujuan kami ke Malaysia,tapi stop over di Singapore.

Sesudah melewati pemeriksaan di imigrasi,kami duduk di ruang tunggu keberangkatan. Sementara duduk menunggu,kami manfaatkan waktu yang ada untuk saling berkomunikasi dengan para penumpang,dengan tujuan yang sama dan duduk berdampingan dengan kami. Ternyata ada Pak Tomi (bukan nama sebenarnya),yang juga berasal dari Indonesia, Kami tidak membutuhkan waktu lama untuk saling berbicara,karena sama sama dari Indonesia, Inilah salah satu kelebihan orang Indonesia,yang kalau di negeri sendiri belum tentu mau saling menyapa.Tapi ketika bertemu di negeri orang, dalam hitungan detik sudah salng akrab.

"Hmm mau jalan jalan ke Penang pak ? " pak Tomi ,mulai bertanya

"Bukan pak,mau menghadiri pernikahan cucu dari tante kami " .jawab saya

"Wah,hanya untuk menghadiri pernikahan cucu tante saja, pak Tjip dan Ibu,buang uang begitu banyak untuk terbang dari Australia?" ,tanya pak Tomi lagi. "Saya kira tadi ,yang menikah cucu sendiri. Kalau saya berpikir praktis dan ekonomis pak. Dari pada buang biaya jutaaan rupiah pulang pergi,mendingan dikirim  mentahnya saja .Akan jauh lebih bermanfaat bagi mereka yang menikah. Dari pada kita hadir ,untuk meramaikan saja dan tidak banyak bermanfaat bagi kedua mempelai" .kata pak Tomi,yang usianya mungkin sekitar 50 an tahun.

Saya cuma menjawab :" Ooo ya ya pak,terima kasih".Cuma itu saja.Karena merasa tidak ada manfaatnya untuk berargumentasi, Karena mungkin saja maksud pak Tomi baik,dari sudut padangnya. Ngapai cape cape, sudah Opa dan Oma,terus buang uang jutaan rupiah,"hanya" untuk hadir dalam pesta pernikahan. Toh,tanpa kehadiran kami secara phisik,pernikahan akan tetap berlangsung.Karena kami tidak ada peran penting dalam urusan pernikahan tersebut.

Sudut Pandang Berbeda,Menghasilkan Keputusan Berbeda

Mungkin karena beda usia cukup banyak ,karena Tomi seusia putra kami,maka pola berpikir mengalami perbedaan sudut pandang. Cara berpikir "kuno" gaya kami berdua adalah, karena dulu sewaktu melarat,kami menumpang secara gratis dirumah tante kami di Medan. Maka disaat usianya sudah mencapai 93 tahun dan menikahkan cucu pertamanya, kami merasa perlu untuk hadir. Kehadiran kami ,sesungguhnya lebih banyak untuk menghormati dan menghargai tante kami,ketimbang semata mata hadir dalam resepsi pernikahan cucu tante kami.

Karena kami berdua juga sudah termasuk dalam kategori menua, maka tentu perasaan kami dan tante kami,tidak banyak berbeda. Yakni kehadiran phisik,adalah jauh lebih bernilai dari pada transfer mentahnya .

Kehadiran kami berdua dari Australia ,khusus untuk menghadiri pernikahan cucu tante kami,akan menjadi pelajaran hidup juga bagi anak anak dan cucu tante kami,bahwa hubungan kekeluargaan itu,tidak luntur lantaran kami terpisah oleh jarak dan waktu.

40 Tahun Yang Lalu

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline