Lihat ke Halaman Asli

TJIPTADINATA EFFENDI

TERVERIFIKASI

Kompasianer of the Year 2014

Memenangkan Pertarungan Melawan Diri Sendiri

Diperbarui: 10 Februari 2017   10:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

foto ilustrasi : www.depositphotos.com

Pemenang Sejati bukanlah orang yang mampu mengalahkan orang lain, melainkan yang mampu mengalahkan diri sendiri. Mungkin saja kalimat bijak ini oleh kebanyakan orang sudah dianggap out of date atau kadaluarsa, tetapi bagi kita yang menyadari dan memahami makna dan arti kemenangan yang sesungguhnya, the wisdom words ini tetap saja up to date untuk dijadikan pedoman hidup.

Coba saja kita saksikan betapa sosok yang tadinya menjadi pemenang Pilkada kemudian menjadi Bupati, Gubernur, bahkan belakangan menjadi menteri dan pejabat tinggi karena  sudah berhasil mengalahkan begitu banyak saingannnya, akhirnya tertangkap tangan dalam operasi OTT yang dilakukan oleh KPK.

Apa arti semuanya ini? Tanpa perlu menjadi seorang analisis, setiap orang dengan mudah mencernakannya bahwa ternyata orang orang yang sudah memenangkan berbagai pertarungan ditingkat bupati, gubernur, menteri dan pejabat tinggi dengan mengalahkan puluhan atau mungkin juga ratusan calon lainnya, ternyata harus mengaku kalah ketika bertarung melawan dirinya sendiri, yang berakhir dalam tahanan.

Kemenangan Sering Kali Hanya Dinikmati Sesaat

Sudah teramat banyak contoh hidup, betapa kemenangan yang diperoleh dengan segala upaya untuk memenangkan pertarungan guna mendapatkan kursi di pemerintahan hanya dirasakan manisnya dalam waktu singkat.

Karena orang yang sudah sukses mengalahkan lawan lawannya, ternyata tidak mampu mengalahkan dirinya sendiri, yakni tergoda untuk mengambil sesuatu yang bukan haknya. Hal ini membuktikan bahwa Pemenang sejati adalah ketika orang mampu mengalahkan dirinya sendiri.

Rasa sakit akibat kekalahan melawan diri sendiri akan dirasakan dalam waktu yang lama, bukan hanya dalam hitungan bulan, mungkin saja bertahun-tahun di dalam penjara. Di sana baru merasakan diri betapa hina menjadi pelaku kejahatan, dengan jalan memperkaya diri sendiri dan menghalalkan segala cara.

Kemenangan dan euforia ketika di elu-elukan, saat dilantik menjadi pejabat ternyata hanya berlangsung sesaat dan kini harus meringkuk dalam kehinaan akibat tidak mampu mengalahkan godaan ketamakan yang terjadi pada diri sendiri.

Memenangkan diri berarti memahami keterbatasan diri, menyikapi secara arif dan bijak bahwa diri kita bukan malaikat, tapi adalah sosok manusia yang gampang tergoda. Baik oleh harta maupun oleh wanita atau kekuasaan.

Memenangkan pertarungan terhadap lawan atau calon lainnya seharusnya mengingatkan dan meningkatkan kesadaran diri agar semakin berhati-hati dalam melangkah, mengingat bahwa siapapun kita, sehebat apapun diri atau sepopular apapun, kita memiliki berbagai keterbatasan dan kelemahan diri.

Agar senantiasa mawas diri, berlatih menahan diri terhadap berbagai godaan dengan mendisiplin diri dan disertai doa sesuai dengan iman kita masing-masing, karena bila hal ini tidak dijadikan fokus dalam pembinaan diri, maka apalah artinya kemenangan sesaat untuk kemudian menjadi rapuh oleh godaan harta, wanita dan jabatan. Sehingga menghalalkan segala cara untuk memilikinya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline