Lihat ke Halaman Asli

TJIPTADINATA EFFENDI

TERVERIFIKASI

Kompasianer of the Year 2014

Setiap Orang Pasti Pernah Menyandang Gelar "Mantan"

Diperbarui: 8 Februari 2017   14:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Setiap Orang Pasti Pernah Menjadi Mantan

Heboh "mantan" belakangan ini sudah bagaikan banjir badang yang tak terbendung lagi, melanda bukan hanya  tempat tempat yang rendah ,melainkan menyusur ke perbukitan. Ditempat yang seharusnya, tidak terjamah oleh pasang surutnya air, bahkan tidak luput dari kecipratan banjir. Nah, seperti yang sudah sering diucapkan oleh orang tua nyinyir adalah :"Petiklah pelajaran dari setiap kejadian, betapapun kecilnya, agar jangan sampai mengulangi kesalahan yang dilakukan oleh orang lain"

Terlepas dari heboh banjir badang tentang :"mantan" alangkah baiknya, bila secara diam diam, kita sediakan waktu agak beberapa menit. Bukan untuk ikutan nimbrung, tapi untuk melakukan introspeksi diri. Bahwa kalau kita mau jujur dan kita harus jujur pada diri sendiri, bahwa sesungguhnya, siapapun adanya, kita semua,pasti pernah menjadi mantan dari sesuatu.

Entah itu adalah mantan :

  1. kuli
  2. guru
  3. karyawan
  4. penganggur
  5. pengusaha
  6. preman
  7. tahanan
  8. penderita malaria
  9. pecundang
  10. penjual kelapa

dan seterusnya  dan seterusnya

Siapa dari antara kita, yang berani menyanggah, bahwa dirinya tidak pernah menjadi mantan? Yang tidak pernah ada di dunia ini adalah mantan ibu, mantan ayah dan mantan anak. Kalau saya pribadi, bahkan tidak kepalang tanggung,menyandang gelar mantan nomor 1 sampai dengan nomor 10.  Mengapa harus malu mengakuinya? Bukankah mantan itu berarti bahwa kini,kita tidak lagi ada kaitannya dengan predikat yang dulu pernah kita sandang?

Sebagai mantan, tentu saja kita berhak untuk menceritakan pengalaman pengalaman diri, siapa tahu ada sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain? Tapi tentunya harus pandai pandai menempatkan diri dan senantiasa mengingatkan diri, misalnya bahwa kini,saya bukan lagi seorang Pengusaha.

Kalau dulu, setiap kali mau turun mobil, selalu ada sekretaris yang membukakan pintu mobil dan mengambil tas kantoran yang saya bawa. Kalau dulu saya mau sesuatu, tinggal memerintahkan  karyawan yang berjumlah hampir 100 orang untuk melakukannya. Tapi kini saya harus sadar diri, bahwa semuanya itu sudah berlalu. Kini, jangankan berharap akan ada yang mau membukakan pintu mobil, ketika saya mau turun,kepasar saja, saya yang mengangkat keranjang sayuran,hasil koleksi istri saya berbelanja.

Kalau dulu, setiap kali menghadiri undangan, pasti tempat saya ada dibarisan paling depan. Duduk bareng dengan walikota, gubernur dan menteri. Kini saya harus tahu diri, kalau hadir dalam undangan, kami memilih tempat paling belakang agar jangan malu maluin diri, disuruh pindah kebelakang oleh panitia.

Introspeksi Diri

Nah, jadi kini, kita sudah paham setidaknya sudah ingat kembali, bahwa kita semua pernah jadi mantan. Maka sebagai mantan dari apapun, kita belajar untuk menempatkan diri. Jangan bawa bawa predikat yang lama, karena kini kita bukan lagi dalam posisi tersebut.

  • Kalau dulu, menjadi pembicara, kini jadilah pendengar yang baik
  • sebagai Pengusaha, berhak memerintah karyawan, kini patuhilah perintah atasan kita.
  • dulu kita yang mengundang, kini mungkin kita yang diundang
  • dan kita tidak dapat memaksa orang untuk mengundang diri kita
  • dulu, saya mengajar anak anak,kini saya belajar dari anak 
  • dulu kemana mana saya disambut orang,kini saya yang menjemput tamu
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline