Lihat ke Halaman Asli

TJIPTADINATA EFFENDI

TERVERIFIKASI

Kompasianer of the Year 2014

Gelar MBA Saja, Tak Cukup untuk Menjadi Eksportir

Diperbarui: 12 Januari 2017   23:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: Shutterstock

Gelar MBA Saja, Tidak Cukup Untuk Menjadi Eksportir

Walaupun untuk menjadi eksportir, orang tidak mungkin dapat terlepas dari bicara tentang bisnis dan ekonomi,tapi bukanlah berarti bahwa untuk menjadi seorang Eksportir,harus menjadi Sarjana Ekonomi ataupun bergelar Doktor dibidang ekonomi.  Disisi lain,lulusan sarjana ekonomi,juga bukan secara serta merta dapat dengan mudah melangkahkan kaki menjadi seorang pengusaha yang bergerak dibidang ekspor.

Karena sekolah ataupun kuliah,hanya berfungsi untuk sarana dan prasarana mendapatkan ilmu. Namun ilmu yang di dapat di bangku kuliah,bukanlah sesuatu yang dengan mudah dapat diterapkan dalam kehidupan nyata.

Karena antara teori dan praktik,ada misteri misteri,yang sama sekali tidak diajarkan dibangku kuliah.

Perlu Persiapan Matang

Putra sahabat saya di jakarta, lulusan MBA dari luar negeri. Begitu besarnya keyakinan ayahnya,yang adalah sahabat baik saya,bahwa putranya yang berusia 27 tahun,secara serta merta akan mampu menerapkan ilmu berbisnis yang dipelajari diluar negeri,sehingga mendapatkan gelar Master Business of Administration

Seluruh depositonya dicairkan dan diserahkan kepada putranya,untuk dijadikan modal usaha dan menjadi pengusaha ekspor .Sempat berbicara dengan saya di telpon ,menceritakan tentang niatnya. Saya hanya terdiam dan menyarankan,agar putranya perlu didampingi oleh seseorang yang sudah berpengalaman dibidang ini.

Tapi sahabat saya menjawab:"Repot, kalau harus pakai orang,ntar idea ideanya tidak sejalan,sedangkan putra saya tamatan luar negeri,yang pasti pola pikirnya sudah jauh lebih maju." .Mendengar jawaban tersebut,saya hanya bisa menjawab :" Oya,, kalau begitu ,saya doakan semoga sukses" .Karena tidak mungkin saya menghalangi niatnya. Uang modal adalah milik pribadinya  dan yang akan diserahkan adalah putra kandungnya,maka saya hanya menjawab:"Oya,kalau begitu ,saya doakan suks es"

6 Bulan Kemudian

6 bulan kemudian,saya dapat kabar,sahabat saya sakit dan dirawat dirumah sakit.Karena bertepatan lagi berada di Jakarta,maka kami datang membezuk. Kasian ,menengok wajahnya yang pucat dan tubuhnya yang kurus kering.

Ketika saya menyalami,sahabat saya menangis,sambil berbisik:"Anda sudah mengingatkan,tapi saya tidak mau mendengarkan.,semua modal amblas dan kini berhutang di bank. Karena kesalahan prosedur.."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline