Lihat ke Halaman Asli

TJIPTADINATA EFFENDI

TERVERIFIKASI

Kompasianer of the Year 2014

Berbisnis dalam Lingkaran Setan Birokrasi Pemerintah

Diperbarui: 15 Desember 2016   10:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: Bisnis Keuangan Kompas.com

Dulu, Bisnis berurusan dengan Birokrasi, ibarat masuk lingkaran setan. Bagaimana dengan saat ini?

30 Tahun lalu, berbisnis apapun yang melibatkan birokrasi pemerintahan maka kita ibarat masuk ke dalam lingkaran setan. Satu-satunya jalan untuk keluar dari lingkaran maut ini, adalah berhenti berbisnis. Karena pada zaman itu, di tahun 80an, dikenal dengan slogan : "Yang Jujur, akan Terbujur". Maksudnya kalau mau berbisnis, tapi tidak mau mengikuti aturan main yang diterapkan oleh birokrasi, maka jangan harap bisnis kita akan mampu bertahan. Karena tanpa adanya tanda tangan pejabat, barang tidak dapat dikirim.

Dari mulai buka pintu kantor, maka permainan kotor tersebut sudah harus dilakoni. Saya berkantor di Jalan Niaga, kota Padang. Di belakang kantor, sekaligus menjadi gudang tempat penampungan dan produksi untuk ekspor. Setiap hari truk yang membawa hasil perkebunan, seperti biji kopi, kulit manis, cengkeh dan gambir, sudah antri di depan kantor, untuk membongkar muatannya. Begitu saya duduk di kantor, sekretaris saya melapor, ada petugas lalu lintas yang mau menghadap. Saya persilakan masuk dan yang bersangkutan mulai membacakan "operating prosedure", agar truk tetap boleh membongkar barang di sana.

"Maaf Boss, ada 3 truk parkir di sini, dan itu mengganggu pengguna lalu lintas lainnya. Jadi minta agar dipindahkan" kata petugas.
"Hmm... truk itu membawa barang untuk dijual kepada perusahaan saya pak, tolong saja diatur gimana baiknya ya" kata saya maklum.
"Siap Boss, akan saya atur". kata si petugas dengan sikap menghormat terhadap komandannya.

Sertifikat Mutu

Sebelum barang dapat diangkut untuk dibawa kepelabuhan, agar bisa dimuat di kapal yang akan membawanya keluar negeri, wajib harus ada sertifikat mutu. Petugas dari kantor sertifikat mutu datang dan memeriksa kualitas barang. Kemudian minta bertemu dengan saya, sambil membawa contoh kopi yang diambilnya dari tumpukan kopi. "Selamat pagi Boss. Hmm saya sudah periksa, menurut saya kualitasnya masih belum sesuai dengan mutu ekspor. Jadi harus diulangi lagi penyortirannya. Atau gimana baiknya menurut Boss?" kata si petugas.

Dan saya tidak kaget mendengarnya, karena sudah menjadi ritual perjalanan sebelum mendapatkan sertifikat mutu. Maka saya menjawab: "Barang sudah harus dikarungkan dan besok pagi sudah akan dibawa ke pelabuhan pak. Jadi tolong diatur, agar sertifikat mutunya diterbitkan hari ini, bisa kan?" Tanya saya.

"Siap Boss, Saya akan ke Kantor dan akan perintahkan staf saya untuk mempersiapkannya, saya sendiri siang ini akan mengantarkan dan menyerahkan kepada Boss" jawab petugas sangat sopan.

Berarti "sudah deal" tanpa perlu dirundingkan, deal yang bagaimana karena sudah tahu sama tahu.

Sudah Siap?

Beluuum... perjalanan masih panjaaang. Sesudah biji kopi dikarungkan dan sesuai kesepakatan, sertifikat mutu diantarkan siang itu juga, Hebat kan,? One day service dan diantarkan lagi, luar biasa pelayanan yang saya terima pada waktu itu. Tapi tentu kita sudah tahu sama tahu, bahwa tidak ada yang gratis.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline