Lihat ke Halaman Asli

TJIPTADINATA EFFENDI

TERVERIFIKASI

Kompasianer of the Year 2014

Menolong Orang Berarti Menolong Diri Sendiri

Diperbarui: 13 Desember 2016   10:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi foto: www.depositophotos.com

Di dalam diri setiap manusia ada bersarang nafsu hewani,yang secara spontan ingin membalas setiap aksi yang ditujukan pada dirinya. Tapi syukurlah ,bahwa kita juga dibekali akal budi dan hati nurani,untuk dapat memilih ,mana yang baik dan mana yang salah. Mana yang patut dan mana yang tidak.

Kalau kita menengok dalam kehidupan sehari hari, bilamana tanpa sengaja kita menginjak ekor kucing,maka secara serta merta ia akan bereaksi ,mencakar atau mengigit ,siapapun yang telah menyakitinya..Kucing tidak dapat memilah,apakah orang sengaja menyakitinya,atau tidak secara sengaja melakukannya. Bahkan seandainya  kita minta maaf berkali kali,tetap saja kucing tidak peduli. Karena hewan hanya bergerak,menurut instink hewaninya.

Ini baru satu contoh saja.Ada begitu banyak contoh aktual lainnya,yang dapat ditemui dalam kehidupan,tanpa harus melakukan searching di google.

Beda dengan Manusia

Suatu waktu, saya dan istri berada dalam lift yang penuh sesak,untuk naik kelantai 27 dimana kami tinggal. Tiba tiba masih memaksa masuk seorang ibu ,walaupun jelas sudah tidak ada lagi rongga ruang yang dapat ditempatinya.Namun karena  sudah terlanjur masuk,maka semua penumpang lift yang sudah ada,terpaksa berdempet dempetan,agar si ibu dapat masuk dan pintu lift yang mengangga dapat tertutup.

Tiba tiba saya merasakan jari kaki saya bagaikan remuk,dihimpit sesuatu yang keras dan berat. Gerak refleks ,kaki saya mengeser dengan cepat dan hampir membuat sosok yang menginjaknya tumbang. Tapi karena di topang oleh orang yang berdiri dikiri kanannya tubuh itu tidak sampai jatuh.

"Aduh,maaf ya pak . Sakit ya pak?" tanya yang menginjak kaki saya.Ternyata si ibu yang baru masuk. Untuk beberapa detik,saya tidak dapat menjawab. Dalam pikiran saya:" Sakit? Mungkin jari kaki saya remuk tau". Tapi menengok si ibu yang berbobot 80 kg ini dengan pandangan mata penuh penyesalan dan minta maaf,sungguh tidak tega saya  memarahinya. Maka saya jawab:" Nggak apa apa bu. Kan  ibu tidak sengaja" ,dengan wajah yang  saya cerah cerahkan. Padahal rasa sakitnya gimana tuuuh.....

Perlu Kedewasaan Sikap Mental

Sesungguhnya,tidak mungkin secara spontan ,orang dapat bereaksi ,memaafkan orang yang menyakitinya,baik sengaja ,maupun tidak. Perlu latihan untuk mendewasakan sikap mental.Dan saya bersyukur sudah mendapatkan tempaan  selama perjalanan hidup yang sudah hampir tiga perempat abad.

Sewaktu tahun lalu ,kami pulang kampung di Padang, tiba tiba mata saya terpaku pada sosok orang yang menjajakan minuman dengan membawa beca. Saya yakin,amat kenal dengan wajah ini. Dan dalam beberapa detik,saya jadi ingat,inilah orang yang dulu saya bantu.Dari tukang beca,yang biasa mengantarkan barang ke gudang ,saya berikan modal usaha ,dalam jumlah yang cukup besar,untuk dapat mengubah nasibnya.Tidak pake bunga dan tidak pake syarat bagi hasil .Semata mata mau menolong,Juga tidak mengharapkan dapat tiket masuk surga.

Pada awalnya,semua berjalan baik, bahkan sudah dapat membangun rumah sederhana dikampung..Tentu saja saya ikut gembira,karena tidak sia sia membantunya. Namun ,beberapa tahun kemudian,ia menghilang . Dengan rasa cemas dan kuatir ,mungkin ia sakit,maka saya datangi rumahnya.Ternyata uang yang saya berikan sebagai modal,sudah dibelikan tanah,tanpa mendiskusikannya kepada saya.Jujur saya amat kecewa.Dan sejak itu,kami tidak pernah bertemu lagi.Saya juga sudah mengikhlaskannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline