Lihat ke Halaman Asli

TJIPTADINATA EFFENDI

TERVERIFIKASI

Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Banting Stir? Jangan Takut!

Diperbarui: 6 Oktober 2016   22:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: Shutterstock

Kalau dianalogikan perjalanan hidup kita, ibarat   menempuh perjalanan panjang,maka terkadang dalam situasi yang mendesak, maka kita harus berani mengambil keputusan untuk banting stir.

 Sebuah conton aktual

Pernah dalam perjalanan panjang berkendara dari Padang ke Jakarta, tiba tiba diperjalanan ,pas lagi ditikungan tajam, tiba tiba rem mobil tidak bekerja. Padahal mobil masih baru dua tahun dibeli dan sebelum berangkat ,sudah di service disalah satu bengkel besar di Padang.  Secara logika, tidak mungkin kendaraan yang baru berusia dua tahun  dan baru di service,tiba tiba kehilangan rem. Saya mencoba memompa  dengan menginjak rem berkali kali,dengan harapan rem akan bekerja lagi,,tapi tetap tak membawa hasil.

Sementara kendaraan meluncur dengan kecepatan tinggi. Dalam mobil, disamping saya dan istri ikut juga ketiga orang anak-anak kami. Dalam waktu 2 detik, saya harus mengambil sikap dan melakukan sesuatu. Maka saya arahkan kendaraan kekaki bukit, kemudian mendorong sekuatnya dari perseneiling 5 ke perneiling 1 bersamaan rem tangan saya tarik sekuat-kuatnya. Terdengar bunyi mesin berderak keras, badan mobil berguncang, namun kendaraan berhenti. Mobil rusak parah karena dipaksa, namun bersyukur kepada Tuhan, kami selamat.

Andai kata dalam  pikiran saya ada keraguan sedikit saja dan ragu mengambil tindakan, maka saya tidak dapat membayangkan apa yang akan terjadi. Gerak refleks ini tentu tidak secara serta merta muncul dalam diri, melainkan memang karena didalam hati dan pikiran sudah tertanam, in case of emergency, maka keselamatan keluarga adalah prioritas pertama. Oleh karena itu, ketika situasi mengharuskan saya bertindak apa yang sudah ada dibenak saya adalah yang pertama dilakukan, yakni masa bodoh kendaran hancur, yang penting keluarga selamat.

Dalam Masalah Lainnya

Dibidang lain kehidupan tidak jarang kita harus mengambil keputusan untuk “banting stir” untuk menyelamatkan ekonomi keluarga dan mempersiapkan masa depan. Karena bila kita sudah melalui hidup yang monoton selama bertahun-tahun tanpa ada perubahan kearah perbaikan hidup, tentu sikap apatis merupakan tindakan bunuh diri. Karena itu kita harus berani mengambil tindakan banting stir dengan pengertian melakukan perubahan total dalam pekerjaan yang biasa ditekuni. Seperti yang kami lakukan, dari Penjual Kelapa banting stir menjadi Pengusaha.

Tidak mudah memang, karena gerakan banting stir ini membutuhkan :

  1. Keberanian untuk bertindak
  2. Tidak boleh ada keraguan sedikitpun
  3. Memahami secara mantap, apa yang akan dilakukan

Ada Uang Sekolah Yang Harus Dibayarkan

Sebagaimana analogi yang disampaikan diatas, dalam gerakan banting stir pasti akan ada uang sekolah yang harus dibayarkan. Karena mengubah secara total sebuah pekerjaan yang sudah dilakukan bertahun tahun, tentu saja tidak semudah membalikkan telapak tangan.

Kita akan memasuki :”dunia baru” yang sama sekali berbeda dengan apa yang selama bertahun tahun dijalani. Suasana yang berbeda, lingkungan pergaulan yang masih asing, dan begitu banyak tantangan yang harus dihadapi. Namun tidak ada jalan lain, risiko ini harus diambil bila mau mengubah hidup kita dengan melakukan gerakan banting stir.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline