Cinta Yang Bergalau
Tulisan ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan kisah cinta Romeo and Juliet dan tidak juga membahas kisah cinta antara dua pasang sejoli. Cinta disini adalah cinta terhadap bahasa Indonesia.
Ketika pertama kali berkunjung ke negara tetangga, mungkin terasa lucu ketika berbelaja disana. Karena bahasa yang digunakan adalah bahasa galau atau bahasa gado gado. Prinsipnya : ”You and I saling mengerti, its okelah“
Ketika mau makan di People’s Park, Penjualnya bertanya : ”Mau makan sini atau take away?” Atau kalau menawar barang elektronik di sekitar sana, maka Penjualnya akan mengatakan : ”Mana boleh.. lugilah.. Oke, I give you discount ten percen lah yaa?”
Awalnya ada rasa geli ,ketika mendengarkan bahasa galau dalam jual beli disana. Tapi ya bukan urusan kita lah. Itu urusan negeri orang, Siapa suruh datang sana,nggak ada yang mengundang juga koq.
Eee Ternyata Kita Ikut Latah
Tadi siang,ketika kami dua sejoli lagi menuju ke Mangga Dua Mall,dijalanan agak terpana saya baca rambu rambu lalu lintas ,disepanjang perjalanan.Dalam hati, saya berpikir, sejak kapan ya, kita jadi latah ikut ikutan negeri tetangga ,menggunakan bahasa galau atau bahasa gado gado?
“Khusus Jalur Busway”. Lho, bus way bukankah artinya: ”Jalur bus atau jalan bus?” Kenapa tidak ditulis saja: ”Jalur Bus?” atau ‘Jalur Transjakarta?”
“Hati hati Separator Busway” Mengapa tidak ditulis saja: ”Hati hati Batas Pemisah Jalur Bus?”
“Khusus Buway” Mengapa tidak ditulis saja :” Khusus Bus atau Khusus Transjakarta?”
Ini baru sekedar contoh. Katanya kita cinta negeri dan cinta bahasa Indonesia. Koq cintanya jadi bergalau? Kalau yang menuliskan merk toko atau Iklan dalam bahasa Inggeris, ya dapat dimengerti. Namanya orang jualan. Jadi untuk memperlebar jalur pemasarannya,tidak ada salahnya bidang markettingnya menuliskan iklannya dalam berbagai bahasa.
Tapi kalau tulisan bergalau ini ditulis oleh instansi resmi Pemerintah Indonesia, gimana tuh yaa?, Gimana respons orang asing ketika membaca tulisan tulisan tersebut diatas? Mungkin kira kira samalah dengan perasaan kita, ketika berbelanja di negeri tertangga. Yang penting you and I saling mengerti , its okelah.
Bukan Pakar Bahasa Indonesia