Lihat ke Halaman Asli

TJIPTADINATA EFFENDI

TERVERIFIKASI

Kompasianer of the Year 2014

Mencegah SARA? Mulailah dari Diri Sendiri dan Keluarga

Diperbarui: 2 September 2016   20:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Medan, aula TVRI bersama sahabat sahabat. Kami berbeda, tapi sudah seperti satu keluarga/tjiptadinata effendi

Mau Ikut Mengatasi Masalah Sara? Mulailah dari Diri Sendiri dan Keluarga

Sebagai warga negara Indonesia yang baik,tentu saja bukan hanya baik ,tapi adalah kewajiban setiap warga untuk mencegah terjadinya sara dalam bentuk apapun. Baik yang dilakukan terang terangan secara phisik,maupun  sara yang terbungkus dalam bentuk tulisan dan komentar komentar di media sosial.

Dalam suasana memanas,maka ibarat berada diladang minyak,sekecil apapun percikan api akan mampu membakar habis seluruh ladang dan membumi hanguskan apapun yang ada disekelilingnya.

Orang yang suasana hati yang kering dan pikiran yang sudah terdistorsi oleh beragam masalah hidup yang sudah bercampur aduk,sudah tidak dapat lagi ,memisahkan mana yang patut dan mana yang keliru. Bahkan sepotong puntung rokok yang dicampakkan secara tidak bertanggung jawab ,dapat membakar berpuluh hektar hutan dan ladang.

Yang pada intinya, rasa ketidak puasan,bercampur aduk dengan kemarahan ,serta kebencian, hanya menanti pematiknya, untuk dapat meledak dan terbakar.Ironisnya justru, percikan api atau “puntung rokok” yang masih berapi ini tidak hanya dilemparkan oleh orang orang yang pola pikirnya dangkal,malah tidak sedikit dilakukan oleh orang yang dianggap sebagai tokoh masyarakat. Orang yang seharusnya menjadi contoh tauladan,justru menjadi penyebab terjadinya sara.

Mau Ikut Mencegah Sara?

Mau ikut mencegah terjadinya sara? Tentu saja merupakan sebuah niat, yang patut diacungkan jempol. Namun sebesar apapun rasa kepedulian dan rasa empathy diri terhadap terjadinya secara berulang ulang kali bentrokan yang dilator belakangi oleh sara,tentu harus dimulai terlebih dulu dari diri kita sendiri.

Contoh contoh factual,berupa sikap mental ,prilaku yang ditampilkan dalam berinteraksi dengan masyarakat yang majemuk ,serta yang yang dikedepankan dalam tulisan ,baik dalam bentuk artikel maupun dalam memberikan komentar,tentu merupakan tolak ukur. Sejauh mana kesungguhan hati kita untuk ikut berperan mencegah terjadinya bentrokan antara warga yang berbeda suku,budaya dan agama.

Sebuah contoh teladan ,lebih bernilai dari seribu kotbah ataupun wejangan yang diobral dimana mana. Menerapkan asas hidup bertoleransi  tentu dimulai dari kehidupan berkeluarga. Mendidik anak cucu dan membiasakan seluruh anggota keluarga untuk bergaul dan berbaur dengan siapa saja,tanpa membedakan warna kulit, suku,budaya dan latar belakang agama.

Open House dan Open Heart yang Bersifat Lintas Suku

Melakukan upaya upaya untuk menyembatani segala perbedaan ,tidak cukup hanya dengan melakukan open house dengan membuka pintu rumah kita ,bagi siapa saja untuk datang bertamu,melainkan tak kurang pentingnya adalah sekaligus melakukan open heart.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline