Lihat ke Halaman Asli

TJIPTADINATA EFFENDI

TERVERIFIKASI

Kompasianer of the Year 2014

Tenggang Rasa atau Tepo Seliro Sudah Tak Lagi Dibutuhkan?

Diperbarui: 9 Agustus 2016   00:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: Shutterstock.com

Dizaman  Modern Ini Sikap Tenggang Rasa Sudah Tidak Lagi Dibutuhkan?

Suatu waktu saya mendapatkan undangan untuk acara :”Ramah Tama “ antara sesama warga dan pengurus yang baru  di Apartement dimana kami tinggal. Karena memang tidak ada jadwal  penting lainnya, maka sore itu ,beberapa menit sebelum  jam 17.00 sesuai dengan yang tercantum pada kertas undangan, saya dan istri sudah hadir. Ternyata masih sepi. Tampak hanya beberapa warga yang kira kira seusia kami, yang duduk sambil ngobrol,diruang yang masih lengang.

Baru jam 5 menit setelah jam 17.00 panitia baru datang dan mempersiapkan mikecrophone ,LCD dan kelengkapan lainnya yang diperlukan. Setengah jam kemudian, baru ruangan terisi hampir penuh. Dan pada jam 18.00 acara baru resmi dimulai.Berarti satu jam terlambat dari jam yang tercantum pada undangan.

Terima Kasih Kalian Sudah Datang

Ketua Panitia ,yang sore itu tampak berpakaian rapi , tampil ke podium. Mengetuk ngetuk mikecrophone ,sambil berucap :” test test test” Kemudian baru mulai berbicara dengan gaya  motivator pada MLM atau Multi Level Marketing  :” Selamat sore semuanya….! Dijawab oleh hadirin :” Selamat sore”

“Wah,koq kurang semangat nih,”Kata sang Ketua Panitia dan kembali berteriak sekerasnya di mikecrophone :” Selamat sore semuanyaaaaa!”  Kembali di jawab :” Selamat sore”

“Nama saya  Andi . Lengkapnya. Doctorandous Andika Wibisana M.B.A. Saya tamatan dari Amerika Serikat. Mohon maaf kalian sudah lama menunggu. Karena sesuatu dan lain hal ,acara agak terlambat dimulai. Terima kash kalian sudah bersedia memenuhi undangan kami……”

Tak Ada Kata :”Bapak atau Ibu “ ataupun “Saudara dan Saudari”

Dari sejak tampil di podium dan berbicara bla bla bla,belum satu  katapun ,terucapkan :”Bapak dan ibu “ atau “saudara dan saudari” sebagaimana layaknya tata krama dan kesantunan berbicara didepan umum di negeri tercinta ini.

Mungkin  sang Doctorandus Andi, berpikir, bahwa hanya dirinyalah satu satunya dalam ruangan tersebut yang tamatan dari Amerika Serikat. Sehingga tidak merasa perlu lagi mengedepankan kesantunan ,yang dikenal dengan  “tenggang rasa” atau “tepo seliro “ di kalangan penduduk  di Pulau Jawa.Karena itu,belum selesai sang doctorandus berbicara, orang orang tua yang merasa sama sekali tidak dihargai,mulai meninggalkan kursinya dan tidak kembali lagi. Orang tidak gila hormat, tapi tidak ada orang yang mau datang undangan ,hanya untuk mendengarkan kata :" Kalian kalian ".Padahal yang berbicara di depan adalah seusian anak atau malah seusia cucu mereka..

Hal ini ,baru sebuah contoh, ada begitu banyak kejadian yang memang tidak persis sama, tapi intinya, adalah generasi muda,terutama yang merasa dirinya sudah termasuk kalangan akademis atau orang cerdik pandai, tidak lagi menggunakan tenggang rasa dalam berkomunikasi dan berinteraksi dalam masyarakat.Baik interaksi secara face to face,maupun sebagai Pembicara di depan umum

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline