Lihat ke Halaman Asli

TJIPTADINATA EFFENDI

TERVERIFIKASI

Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Hindari Kebohongan Sekecil Apapun

Diperbarui: 27 Juni 2016   21:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hindari Kebohongan Sekecil Apapun

Hidup penuh dengan pilihan pilihan dan kita harus memilih,dengan segala konsekuensi dari pilihan yang kita tentukan. Inilah yang namanya hidup.Sejak dari terbangun ,kita sudah dihadapkan pada pilihan:” mau bangun atau terus berbaring malas malasan?”

Secara tanpa sadar, begitu kita membuka mata, maka pelajaran hidup sudah dimulai. Bisa saja, karena kemalasan, orang  berpura pura sakit dan terus menikmati tidur panjang seharian.Namun satu kali orang membohongi diri,maka selanjutkan akan diikuti oleh pembohongan lainnya.  Mengapa demikian?

Karena alasan sakit,maka istri akan menanyakan:”Sakit apa mas?” .Maka kebohongan kedua sudah harus disebutkan. Apapun jawabannya, yang pasti adalah kebohongan untuk menutupi kebohongan yang pertama. Hal ini akan berlanjut terus sepanjang hari. Bayangkan ,kemana perginya nilai luhur kita sebagai seorang kepala keluarga?

Kebohongan Besar Selalu Diawali dengan Kebohongan Kecil

Tidak ada orang yang tiba tiba berbohong sekaligus dalam hal yang besar .Pasti diawali dengan kebohongan kecil .Dan kemudian keterusan ,sehingga tidak lagi dapat membedakan ,mana yang benar dan mana yang bohong.

Lama kelamaan ,orang akan terjebak kedalam lubang yang digalinya sendiri,yakni mempercayai kebohongan yang diciptakannya sendiri, karena begitu seringnya berbohong.Orang lupa ,bahwa sesuatu yang busuk itu, betapapun pandainya membungkus,suatu waktu akan ketahuan juga.

Kebohongan Adalah Racun Dalam Kehidupan Berumah Tangga

Hancurnya keharmonisan rumah tangga, sebagian besar adalah karena adanya kebohongan antara suami dan istri. Dan suatu waktu ,betapapun rapinya membungkus sebuah kebohongan ,pasti akan terbuka juga.Maka sejak saat itu, hubungan antara suami dan istri sudah terbentuk jurang yang dalam. Sudah tidak ada lagi saling mempercayai.

Walaupun mungkin saja karena berbagai pertimbangan,baik pertimbangan ajaran agama ataupun karena malu dengan orang luar ,maupun alasan demi anak anak, suami istri masih tetap tinggal satu atap. Akan tetapi sesungguhnya, tak ubah bagaikan orang yang tinggal dirumah kost. Karena antara dua hati ,sudah terbentang tembok penghalang.

Lalu, adakah serpihan kebahagiaan yang masih dapat diperoleh dari kondisi ini? Tentu kita semua sudah cukup dewasa untuk memaknainya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline