Lihat ke Halaman Asli

TJIPTADINATA EFFENDI

TERVERIFIKASI

Kompasianer of the Year 2014

Mengawal Garis Demarkasi Suami dan Istri

Diperbarui: 10 Juni 2016   19:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Shutterstock

*Jangan biarkan siapapun atau apapun melanggar batas garis demarkasi suami dan istri, demi untuk menjaga martabat diri *

Banyak orang mengira bahwa  garis demarkasi hanya terdapat  antar negara yang sedang konflik. Garis demarkasi merupakan garis batas pemisah yang telah disepakati dan ditetapkan pada waktu adanya cease fire atau gencatan senjata antara kedua belah pihak. Batas yang tidak boleh dilanggar oleh kedua belah pihak.

Sesungguhnya dalam hidup berkeluarga juga ada garis batas demarkasi ini yang memang tidak tertulis, tapi sudah merupakan tradisi dan  kesantunan dalam masyarakat  untuk menjaga martabat sebuah rumah tangga.

Pasangan suami istri, baik sendiri sendiri maupun bersama sama berkewajiban menjaga dan mengawal agar garis demarkasi ini jangan pernah ada yang berani melanggarnya. Karena disinilah terletak martabat dari  kehidupan suami istri yang seharusnya dijunjung tinggi hingga akhri hayat.

Kebebasan yang Kebablasan

Belakangan ini kita sangat miris  menengok ,mendengar dan membaca tulisan-tulisan yang ditulis oleh orang-orang yang sudah berstatus bersuami dan beristri yang sudah tidak lagi menghormati garis demarkasi ini.  Hal-hal yang seharusnya  dijaga dan dilindungi, seperti  apa yang dilakukan oleh pasangan suami istri dibalik kelambu kini di obral serampangan tanpa merasa risih dan tanpa merasa bersalah.

Apa yang sesungguhnya dicari, sehingga tega membuka pintu masuk kedalam ruang pribadi yang bernama kamar atau bilik tidur antara pasangan suami dan istri?

Mungkin :

  • Popularitas
  • Unjuk  kebebasan 
  • mendapatkan applaus
  • Mencari sensasi
  • Atau apa lagi?

Andaikata yang melakukan adalah dari kalangan selebritis, kita tentu tidak usah heran dan berkomentar karena hal tersebut sudah menjadi dunia mereka, dunia glamour yang gemerlapan tanpa batas.

Namun bila hal ini dilakukan oleh suami atau istri dari kalangan orang baik baik, tentu saja merupakan sebuah hal yang patut membuat kita prihatin. Tanpa bermaksud mencampuri urusan pribadi orang lain, namun sebagai makluk sosial patutlah kita saling mengingatkan bila melihat ada tanda-tanda akan terjadinya hal-hal yang akan membahayakan.

Kata ”membahayakan”  tidak harus dalam konteks terluka secara fisik, namun bisa juga terluka secara batin yang rasa sakitnya bisa berpuluh kali lebih sakit daripada luka fisik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline