Lihat ke Halaman Asli

TJIPTADINATA EFFENDI

TERVERIFIKASI

Kompasianer of the Year 2014

Dimanja Ibu Angkat ,Bukan Berarti Melupakan ibu Kandung

Diperbarui: 14 Januari 2016   21:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

keterangan foto: Dimana bumi dipijak,disana langit dijujung, Menerima perbedaan ,bukanlah berarti kita kehilangan jati diri sebagai orang Indonesia, Melainkan mengakui, bahwa setiap orang berhak berbeda dengan kita, Foto ini adalah kenangan bersama dengan beragam suku bangsa di dunia dalam pertemuan di Multicultural Centre= dikota Wollongong .New South Wales. Australia

 

Betapapun Dimanja Ibu Angkat,Ibu Kandung Tetap Tak Akan Terlupakan

Tinggal di Australia, bagi saya,adalah ibarat seorang anak yang dimanja oleh ibu angkatnya. Hal ini bukan hasil imaginasi atau karangan yang mengada ada,melainkan sebuah fakta yang tak terbantahkan.

Berbagai fasilitas yang diterima secara gratis ,antara lain:

  • Kesempatan untuk belajar bahasa Inggeris selama 500 jam
  • Disamping belajar gratis, setiap pagi ada coffef break dengan makanan kecil
  • Boleh bergabung di Multicultural Centre bersama pendatang lainnya, secara
  • Dengan memiliki Medicare card, pelayanan dokter ,bahkan tinggal dirumah sakit
  • Transportasi, bis, kereta api dan ferri
  • Mendapatkan  majalah dan tabloid ,serta koran
  • Antar dan jemput dari rumah ke club dan kembali ke rumah
  • Bebas pajak
  • Dan lain lain

Dirumah :” Ibu Kandung” Yakni Negeri Dimana Saya Dilahirkan dan Dibesarkan, tidak pernah mendapatkan fasilitas apapun dengan gratis,

Namun, sesuai judul artikel singkat ini,  betapapun seorang anak dimanjakan oleh ibu angkatnya, sebagai seorang anak yang mengenal budi, pasti tidak akan pernah melupakan ibu kandungnya sendiri,

Warna Paspor Bukan Takaran Tentang Nasionalis

Kendati secara formal, warna paspor seseorang menentukan kewarganegaraannya, namun sesungguhnya hanyalah merupakan sebuah formalitas belaka. Walaupun Paspor kami berdua tetap paspor hijau, sedangkan teman teman lain banyak yang sudah ganti warna paspor, namun bukanlah berarti ,hanya yang memegang paspor hijau saja yang memiliki jiwa nasionalis.

Karena takaran bear kecilnya rasa cinta bangsa dan negara, sesungguhnya tidak dapat ditakar dengan warna phisik dari paspor yang dipegangnya. . Bahkan cucu kami ,yang dilahirkan di Australia dan bahasa Indonesianya sangat minim, bila ada yang bertanya, ia selalu menjawab dengan mantap,:” I am Indonesian!”

Artikel ini bukan untuk mengangkat diri sendiri, melainkan sekedar memberikan gambaran ,bahwa stigma yang selama ini terngiang dimasyarakat adalah bahwa orang Indonesia yang tinggal dan menetap diluar negeri , sudah kehilangan rasa nasionalismenya. Minimal jiwa nasionalnya patut dipertanyakan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline