Lihat ke Halaman Asli

TJIPTADINATA EFFENDI

TERVERIFIKASI

Kompasianer of the Year 2014

Memotret Penampakan Santa yang Sejati

Diperbarui: 26 Desember 2015   01:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kasih yang tulus, memang seharusnya seperti ini, tidak ada sekat ,kulit putih,sawo matang,maupun hitam(tjiptadinata effendi)

Penampakan Santa Yang Sejati

Hari ini merupakan sebuah kejutan bagi diri saya pribadi. Menyaksikan penampakan pribadi Santa yang sejati. Tidak seperti biasanya,,dimana Santa dikawal dua atau empat orang Piet Hitam bertubuh kekar. Yang membawa lidi atau rotan, menghalau agar anak anak tidak terlalu dekat dengan Santa.

Santa yang ada dihadapan kami saat ini adalah sungguh penampakan pribadi Santa yang sesungguhnya. Begitu tiba, sang Santa tidak duduk disingasana ,melainkan langsung berlari ketengah kerumunan anak anak dan orang dewasa.

Disalaminya satu persatu dan dibalik genggamannya ada ssebuah loli. Sederhana memang,tapi ia sudah mengembalikan citra dan gambaran keperibadian Santa yang sejati. Ia tidak memandang anak anak yang berkulit putih, sawo matang atau bahkan berkulit hitam.Setiap anak ,dipeluknya dengan penuh kasih sayang,,

 

keterangan foto: Santa yang satu ini,terapkan :' Kasih itu tidak membatasi diri" ia tidak hanya memeluk kulit putih, tapi juga kulit sawo matang dan hitam,

Dipeluk Santa

Seakan bisa membaca jalan pikiran seorang kakek yang ssejak tadi menyaksikan adengan demi adegan dengan perasaan lega, tiba tiba saja Sang Santa memeluk kakek tersebut…Dan kakek itu adalah diriku sendiri…Dalam pelukannya ,saya merasakan sebuah ketulusan .Dan suaranya pelan membisikkan :" Good morning my brother"

Kenangan Pahit Terhadap Santa

Sejak masih kanak kanak saya sudah sangat kecewa dengan yang namanya Santa atau Sinterklas, Karena pengalaman pengalaman pahit yang saya rasakan selama bertahun tahun.Entah itu salah pribadi Santa ataukah salah orang yang mengundangnya, tentu tidak terjangkau oleh daya pikir anak seusia saya pada waktu itu

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline