Lihat ke Halaman Asli

TJIPTADINATA EFFENDI

TERVERIFIKASI

Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Gara-gara Ahok, Tanah Abang Jadi Begini

Diperbarui: 12 April 2016   15:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Gara-gara Ahok, Tanah Abang Jadi Begini”, celoteh Uni, pemilik salah satu kios pakaian jadi di Tanah Abang. “ Kini indak ado urang marokok disiko Uda. Calieklah indak ado sampah jo ludah lai di lantai” (kini tidak ada lagi orang merokok disini. Tengoklah tidak ada sampah dan ludah lagi di lantai)

Tadi siang, ketika diajak ke sini dan membayangkan kondisi Tanah Abang, dimana sampah berserakan dilantai berbaur dengan pengunjung yang meludah disembarang tempat. Sebenarnya ada rasa enggan saya ke sana. Apalagi kalau masuk pakaian bisa basah kuyup karena mandi keringat. Tapi, karena yang ajak adalah wanita yang paling saya cintai, maka mana tega saya mengatakan, ”tidak“.

Setibanya di Blok A Pasar Tanah Abang, begitu masuk gerbang terlihat banyak orang duduk lesehan di lantai sambil menikmati makan dan minuman.

Sambil mikir, saya dan istri terus melangkah naik ketangga dan melirik sekilas keseluruh lantai yang ada di sana, ternyata memang sudah berubah. Walaupun tidak sampai mengkilap, tapi kebersihannya sudah menyamai Mangga Dua Mall: tempat shopping masyarakat middle high.

Menelusuri toko demi toko, terasa udara tidak lagi pengap seperti dulu. Sebagian dari pertokoan ini sudah dilengkapi denganair conditioner dan hal ini secara tidak langsung membantu meneduhkan udara di bagian toko toko yang non-ac.

Untuk di Blok A ini, ternyata cukup banyak ”urang awak” nan mangaleh (berjualan). Dengan hanya menangkap logat saja, sudah bisa diterka apakah orang Padang atau bukan.

Borong Batik

Sebagai Pengawal Pribadi, saya patuh saja ikut ke mana istri saya melangkah, kemudian kami singgah di toko batik. Saya bilang, ”baju batik saya sudah satu lemari penuh, jangan dibeli lagi”. Istri saya memandang saya dan mengatakan "Ini untuk hadiah teman-teman kita di Australia.”

Lumayan belasan potong batik yang ukurannya XXXL diborong istri saya. Tanpa ditanya, istri saya menjelaskan ”Kalau di Australia, 15 dolar, kita mau kasih hadiah apa? Kalau dikasih batik, mereka pasti sangat senang.“

Saya manggut-manggut, tanda setuju, Ingat sahabat-sahabat baik kami di sana yang jumlahnya ada lebih dari selusin.

Sambil membungkus batik yang diborong istri saya, maka si Uni mulai bercerita, bahwa Tanah Abang sudah berbeda total:

  • Tidak ada lagi preman yang minta uang takut
  • Tidak ada sampah berserakan, walaupun belum 100 persen bersih
  • Sudah banyak yang pasang ac ,sehingga membantu meneduhkan udara sekitarnya
  • Tidak ada lagi yang berani merokok di pertokoan
  • Tidak ada lagi copet
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline