Lihat ke Halaman Asli

TJIPTADINATA EFFENDI

TERVERIFIKASI

Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Jakarta Bukan Tanah Terjanji, Tetapi Kota yang Menjanjikan Perubahan

Diperbarui: 24 Juni 2015   22:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Jakarta Bukan Tanah Terjanji, Tetapi Kota Yang Menjanjikan Perubahan

Sewaktu masih menetap di Jakarta,dalam setiap kesempatan,saya senantiasa mencoba menelusuri ,mengapa kendati sudah penuh sesak ,masih saja berbondong bondong orang datang kesini. Saya mencoba mengadakan research yang bersifat pribadi. Langkah pertama,saya awali dengan menginterview security dan Cleaning service ,yang setiap hari bertemu muka dengan saya. Ternyata hampir 70 persen diantaranya ,berasal dari berbagai kota di seluruh Nusantara. Bahkan ada beberapa orang yang dari Ambon dan Nusa Tenggara Timur.

Alasan mereka datang ke Jakarta, walaupun disampaikan dalam bahasa dan gaya yang berbeda,namun esensialnya hanya satu ,yakni :” Jakarta menjanjikan perubahan hidup” Dan ternyata memang mereka sudah merasakannya. Salah satunya adalah Yulius asal dari Larantuka,mengatakan :” Kalau saya masih menetap dikampung, mungkin hingga saat ini , saya masih akan jadi beban keluarga, karena bekerja kasar secara serabutan. Disini walaupun pengeluaran cukup besar,namun dengan berhemat, saya masih bisa menabung ,bahkan sesekali mengirim uang kepada orang tua di kampung”

 

Ucok Merasa Jadi” Orang “di Jakarta

Lain kisah Ucok,yang buka usaha cuci mobil di pinggir jalan di Kemayoran:” Saya sudah 4 tahun di Jakarta ini Om. Disini walaupun Cuma tukang cuci mobil,tapi saya sudah jadi :” Orang “ ,punya anak buah 6 orang. “ Jakarta telah memberikan kesempatan bagi saya untuk mengubah hidup.Bahkan saya sudah ajarkan teman teman sekampung untuk jangan bebani orang tua,dengan kerja keras “ Ucok mengaku berasal dari pinggiran kota Medan

 

Ajo dari Pariaman

Jualan nasi di gerobak ,didepan Mall Giant di Kemayoran. “Awak ala 11 tahun disiko da. Dulu marantau surang, Manabuang saketek saketek . 2 tahun kemudian ,awak ala bisa maimbau anak istri kasiko. Alhamdulilah, rumah sederhana ala tabali kini da”( saya sudah 11 tahun di Jakarta. Pertama kali datang sendirian, kemudian menabung dan 2 tahun kemudian sudah bisa ajak anak dan istri tinggal bersamanya di Jakarta. 11 tahun berlalu dan kini,sudah bisa beli rumah sederhana,walaupun belum semuanya lunas.)

Ibu Euis asal Cijerah Bandung

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline