Lihat ke Halaman Asli

TJIPTADINATA EFFENDI

TERVERIFIKASI

Kompasianer of the Year 2014

Terobsesi Menulis Hingga Lupa Anak Istri

Diperbarui: 17 Juni 2015   06:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1432520500153522627


Terobsesi Menulis Hingga Lupa Kewajiban RumahTangga

Pagi ini saya dapat kiriman di inbox yang cukup panjang.Rasanya ini mungkin pesan terpanjang yang saya terima selama hampir tiga tahun menulis di Kompasiana.Isi pesan inbox saya turunkan secara utuh, kecuali nama pengirimnya. Dan hal ini adalah atas permintaan yang bersangkutan.

Walaupun sesungguhnya untuk menulis tak harus ada pesan sponsor, namun saya melihat dari sisi lain yakni mungkin dapat menjadi cermin bagi orang banyak termasuk diri saya sendiri.

“Selamat pagi Opa,

Maaf sayalancang menulis ke inbox Opa. Nama sayaElly (bukan nama sebenarnya),putri dari pak Sutomo (juga bukan nama sebenarnya). Saya sering baca tulisan Opa yang memberikan ceramah lewat tulisan Opa. Saya juga senang papa saya menulis disini. Tapi belakangan ini, begitu terobsesinya papa menulis, sehingga sikap papa terhadap mama dan saya berubah total. Dulu papa adalah orang yang sangat lemah lembut dan penuh perhatian. Setiap pagi , secara bergantian mengantarkan saya dan mama. Saya ke kampus dan mama ke pasar. Kamigantian dibonceng papa dengan sepeda motor sebelum papa sendiri ke kantor.

Tapi sejak belakangan sikap papa berubah. Saya dan mama disuruh naik ojek saja. Padahal dulu papa sangat tidak setuju kalau saya dan mama naik ojek. Kata papa:” tukang ojek tidak semuanya baik ,biar papa yang ngantarkankamudan mama”. Namun kini,pesan yang sangat perhatian itu tidak ada lagi.

Malah ketika pagi hari ketika saya pamit untuk ke kampus papa hanya menjawab :” Yaa ya…hati hati” ,tanpa sama sekali menengok ke arah saya. Belakangan ini mama sering mengurung diri karena sedih. Pagi papa sibuk menulis, malamnya begitu pulang kantor, papa buru buru masuk kamar dan tidak boleh diganggu.

Makan malam yang biasanya merupakan saat paling berbahagia bagi kami bertiga,karena sambil menikmati makanan,kami saling bercerita tentang kejadian seharian. Namun kini, sudah tidak ada lagi kebahagiaan itu. Karena papa makan terburu buru dan langsung masuk kamar, karenamau menulis.

Opa ,mama kenal baik dengan Opa, namun sangat sungkan mengadu,makanya saya mewakili mama, mohon bantuan Opa.Saya yakin, tidak hanya kami yang sengsara karenapapa terobsesi untuk menulis,tapi mungkin ada banyak keluarga lain,yang juga mengalaminya.

Mohon Opa ganti nama saya,nama mama dan papa ya. Semoga tulisan Opa dapat mengembalikan papa saya kepada kami berdua dan juga papa anak anak lain, yang mungkin terjebak oleh obsesi menulis seperti papa saya.Bagi papa saya:” Menulis adalah segala galanya..saya dan mama kini hanya menempati urutan ketiga atau keempat dihati papa……..”

Dengan genangan air mata .pesan ini saya kirimkan ke Opa. Mohon maaf atas kelancangan saya …..Tuhan memberkati Opa dan Oma….

Tanggal 25 Mei , 2015

Salam hormat dari saya.

Elly.

Terpana Membaca Pesan Ini

Sebagai orang tua, ayah dan juga seorang suami, saya merasa pesan ini juga berlaku untuk diri saya pribadi. Menulis itu adalah terapi jiwa.Menulis itu adalah pencegah kepikunan. Menulis adalah juga terapan nyata hidup berbagi.Namun terobsesi untuk menulis,sehingga melupakan anak istri,tentubukanlah tujuan awal kita.

Semoga pesan Elly ini, tanpa perlu saya komentari lagi ,sudah sangat jelas membuktikan, bahwa tanpa control diri,maka menulis juga dapat menjadi boomerang bagi diri kita dan keluarga

Semoga dapat mengisnpirasi kita semuanya.

Wollongong,, 25 Mei, 2015

Tjiptadinata Effendi




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline