Lihat ke Halaman Asli

TJIPTADINATA EFFENDI

TERVERIFIKASI

Kompasianer of the Year 2014

Sepotong Kearifan Hidup

Diperbarui: 24 Juni 2015   16:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

SEPOTONG KEARIFAN HIDUP

foto: doc.pribadi/camera digital

CUKUP ITU LEBIH DARI PADA BANYAK

Orang yang memiliki banyak, belum tentu merasa cukup.Tidak sedikit orang yang memiliki banyak , tetapi tetap  merasa kekurangan. Bahkan tidak jarang masih mau mengambil sesuatu yang bukan haknya. Pengertian "cukup' bersifat relatif.

Cukup bagi saya,belum tentu cukup untuk anda.Setiap orang memiliki makna tersendiri dari kata cukup.Misalnya : Setiap kali selesai makan,istri saya cukup minum segelas air,tetapi saya butuh dua gelas. Mungkin orang lain butuh tiga gelas. Jadi setiap orang memiliki porsinya tersendiri,yang dapat memuaskan dirinya,bila tahu dimana batasnya,tetapi akan mendatangkan hal sebaliknya ,bila tidak tahu diri.

Hal ini juga berlaku dalam kehidupan kita. Bukan sekedar seuntai kata mutiara yang hanya di pajang di salah satu sudut dinding ataupun sekedar ungkapan basa basi.

Cukup iitu lebih dari banyak.

Ketamakan / kerakusan menghadirkan kesengsaraan.

Orang yang berkecukupan adalah orang yang paling berbahagia. Orang yang memiliki banyak,tetapi tidak pernah menikmati,apalagi mensyukuri apa yang ada padanya,karena selalu ingin lebih banyak lagi. Ibarat orang minum air laut,semakin banyak diminum,bukannya merasa puas,malah semakin dahaga. Untuk itu kita perlu menata diri ,belajar dari peristiwa hidup,agar menemukan arti dari kearifan hidup.

Kapan kita harus mengejar uang dan harta dan kapan saatnya kita harus berbagi pada orang lain. Belajar kearifan hidup,tidak pernah akan diperoleh di universitas paling beken manapun didunia ini. Belajar di bangku kuliah akan mendapatkan ilmu pengetahuan.  Ilmu yang tidak disertai penyelarasan dalam mengaplikasikannya dalam kehidupan menjadi tidak berguna,malah bisa berbahaya bagi diri sendiri dan orang lain.

Tidak satu jalan menuju ke Roma,tapi hanya satu satunya jalan untuk mencapai kearifan hidup,yaitu belajar di universitas kehidupan. Kapan waktunya? Setiap saat ,hingga kita kembali di panggil Sang Pencipta. Learning from cradle to grave - Belajar sejak dari buaian hingga ke.......

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline