Lihat ke Halaman Asli

TJIPTADINATA EFFENDI

TERVERIFIKASI

Kompasianer of the Year 2014

Bertamu di Rumah Teman Disuguhi Air dari Keran? Jangan Kaget!

Diperbarui: 17 Juni 2015   09:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1426923756353521260

[caption id="attachment_374111" align="aligncenter" width="620" caption="makan bersama dengan teman teman dari berbagai suku bangsa /tjiptadinata effendi"][/caption]

Langkah-langkah Efektif Atasi Cultural Shock di Negeri Orang

Cultural Shock ,bila tidak diantisipasi sedini mungkin, akan mengakibatkan terjadinya berbagai gangguan pada diri kita. Baik secara phisik ,maupun secara psikologi. Antara lain:


  • Stress
  • Merasa tertekan
  • Merasa tidak betah tinggal lebih lama
  • Menghindari pergaulan dengan warga setempat

Hal ini bukan teori berdasarkan bacaaan dari buku buku, melainkan sebuah fakta, bahwa tidak sedikit orang yang tadinnya berangkat keluar negeri dengan membawa sejuta impian,namun begitu mulai tinggal dinegeri orang ,sudah merasa tidak betah. Merasa salah dalam menentukan pilihan hidup dan berakhir dengan pulang kampung , dengan mengorbankan seluruh upaya dan dana yang sudah dikeluarkan Baik untuk melanjutkan studi diluar negeri,maupun hasrat hati untuk tinggal bersama anak cucu dinegeri orang.

Cultural Shock

Cultural Shockadalah situasi dan kondisi,dimana seseorang merasa kaget, karena tiba tiba berhadapan dengan kondisi dan situasi ,yang sama sekali tak terpikirkan sebelumnya. Cultural shock inibisa dalam bentuk pasifdan bisa juga terjadi dalam berinteraksi dengan warga setempat.

Bentuk Pasif :


  • Menyaksikan wanita berjalan melenggang dengan pakaian sangat minim
  • Orang saling berpelukan dan berciuman didepan umum

Bentuk Aktif::


  • Bertamu dirumah orang,disuguhi air dari kran
  • Diundang acara ulang tahun,tapi disuruh bayar masing masing
  • Ketika diundang makan dirumah teman, diberikan garpu dan pisau,tidak ada sendok makan
  • Ditawari program penguburan diri sendiri
  • Diundang makan bersama,tapi diundangan dituliskan:” B.Y.O” artinya bawa piring masing masing

Pengalaman 10 Tahun tinggal di negeri Orang

Saya dan istri,tidak hanya tinggal dinegeri orang, tapi hidup dalam satu atap dengan mantu kami orang Australia (bule). Bergabung dengan club club ,bersama warga setempat. Ikut berbagai kursus dalam masyarakat yang multicultural.

Pada awalnya memang sangat kaget,ketika hadir dalam undangan ulang tahun teman putri kami, ternyata kado kita diterima,tapi ketika makan dan minum,kita disuruh bayar masing masing.Rasanya hati kita tidak bisa menerima. Kalaumengikutiperasaan hati, maka mungkin selamanya kami tidak akan hadir lagi dalam kegiatan apapun ,yang berhubungan dengan warga setempat.Dan tentunya akan berakhir dengan pulkam atau pulang kampung.

Namun, tentunya bukan hidup seperti itu yang kita ingini. Setiap harapan selalu menyimpan dua hal,yakni : Perubahandan tantangan. Tak seorangpun di dunia ini,yang dapat mengubah hidupnya menjadi lebih baik,bila takut menerima tantangan.

Kiat Menghadapi Tantangan


  • Membuka diri untuk menerima, bahwa setiap orang berhak berbeda dari kita
  • Bila kita tidak bisa mengubah keadaan,maka diri kita yang harus mau berubah

Kalimat :’ Dimana bumi dipijak,disana langit dijunjung” tentu harus disikapi dengan bijak dan arif. Menghargai dan menghormati budaya setempat dinegeri orang,tentu bukanlah berarti kita meniadakan atau menghapuskan jati diri kita ,sebagai orang Indonesia.Apapun yang ingin kita raih dinegeri orang,jangan sampai mengadaikan harga diri kita sebagai bangsa Indonesia

Menghargai Budaya orang dan Memperkenalkan Budaya Kita

Hal pertama yang kami lakukan untuk menghadapi budaya :” bayar masing masing” ,adalah dengan memperkenalkan budaya kita,dengan mengaplikasikannya dalam hidup kebersamaan. Pada waktu kami ulang tahun,maka kami mengundang teman teman akrab untuk makan bersama. Dan pada waktu itu ,kami mengumumkan ,bahwa semua makanan dan minuman,kami yang traktir.

Nah,bagi mereka hal ini mungkin saja sebuah cultural shock bolak balik, Mereka terperanjat dan heran,karena belum pernah mereka alamihal seperti ini. Namun kami menjelaskan ,bahwa ini adalah budaya Indonesia. Yakni siapa yang mengundang, harusmembayar semua tagihan.

Sejak saat itu, kapan saja mereka mengundang kami, maka mereka pun menerapkan budaya Indonesia, tanpa diminta dan tanpa keterpaksaan,,untuk juga menghargai kami.Dengan jalan demikian, hubungan persahabatan kami berjalan bertahun tahun,hingga saat ini, karena kami saling menghargai dan menghormati budaya negeri masing masing,

[caption id="attachment_374114" align="aligncenter" width="410" caption="beda bangsa bukan halangan utk bersahbat/tjiptadinata effendi"]

1426924824407124695

[/caption]

Cara Berpakaian

Begitu juga dengan cara berpakaian. Kita tidak mungkin marah atau complain orang mengenakanpakaian :”aduhai”,namun kita bisa memberikan contoh,kalau bertamu kerumah orang,maka pakaian harus sopanHal ini kami terapkan dengan baik dansejak ini,setiap tamu yang datang kerumah putrikami, sudah mengenakan pakaian yang sesuai dengan adat ketimuran,yakin tidak bercelana pendek dan tidak dengan bikini

Kalau saya tetap bersikukuh, bahwa saya tidak mau berubah ,karena memang sudah begitu dari sononya, maka hingga saat ini, mereka tetap adalah orang orang asing yang menyebalkan bagi saya. Tetapi dengan mengubah sikap mental dan mau menerima perubahaan, maka setelah sepuluh tahun tinggal disini, mereka bukan hanya sekedar sahabat, tapi sudah sudah menjadi seperti keluarga .

Kami makan bersama., camping bersama ,tanpa ada lagi hitung hitungan :"bayar masing masing" Bahkan ketika beberapa tahun lalu saya terbaring di Wollongong Hospital,teman teman kami,hampir setiap sore datang,bersama keluarga untuk menghibur saya.Dari situ saya semakin memahami, bila kita mau membuka diri dan menghargai budaya orang ,maka kita juga akan dihargai.

Semoga tulisan kecil ini ada manfaatnya,bagi yang bermaksud akan tinggal diluar negeri,entah karena alasan apapun. Sebelum melangkah, pastikan bahwa kita sudah open minded dan sudah mengubah mindset ,bahwa kita tidak mungkin mengubah budaya orang,tapi bisa memperkenalkan budaya kita.

Iluka, 21 Maret, 2015

Tjiptadintata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline