[caption id="attachment_271156" align="alignleft" width="300" caption="doc.pri"][/caption]
Saya dan istri baru beberapa hari tiba di Jakarta,setelah penerbangan dengan pesawat Garuda dari Perth selama 4 jam 11 menit.Bertepatan dengan Hari Raya Idul Fitri yang sudah di depan mata.
Pikiran saya melayang ke kampung halaman saya di kota Padang,dimana setiap tahun kami mengundang teman teman dan tetangga untuk berbuka puasa dirumah kami di Wisma Indah. Dan bila Hari Raya tiba, maka kami membuka pintu untuk anak anak sekampung,yang datang memberikan ucapan selamat hari raya. Sebagaimana lazimnya , memberikan mereka masing masing sebuah angpau.Melakukan sesuatu hal yang kelihatan sepele,tapi bisa memberikan kegembiraan kepada beberapa puluh anak anak ,adalah merupakan suatu kebahagiaan tersendiri bagi saya dan keluarga.
Sudah menjadi tradisi bagi kami,bahwa setiap tahun kami merayakan 3 kali hari raya. Ada banyak kesan kesan yang teramat manis,yang tidak mungkin dapat terlupakan sepanjang hayat. Anak anak tersebut hingga menjadi dewasa,sudah seperti keluarga bagi kami. Sungguh saya sangat merindukan persahabatan seperti itu.
Hari Raya Idul Fitri bagi saya pribadi adalah suatu berkah yang :
- menjembatani jurang pemisah,baik karena beda suku,maupun agama
- menjadi perekat yang mempertautkan sesuatu yang mungkin retak atau merenggang
- menyegarkan kembali hubungan persahabatan yang sudah mengering
- mencairkan kebekuan hubungan antar tetangga
- menyembuhkan luka hati yang mungkin tergores secara sadar,maupun tidak.
Walaupun kondisi seperti itu sudah tidak mungkin lagi saya peroleh ditempat lain,apalagi di kota Jakarta, Dimana tetangga satu apartement saya jarang bertegur sapa.Namun kerinduan hati ini,ingin saya luapkan melalui tulisan yang sangat sederhana ini.
SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI – Mohon Maaf Lahir dan Batin.
Kepada semua teman teman Kompasianer dimanapun berada.Dan tentunya tidak lupa kepada Pimpinan dan seluruh Staf Admin Kompasiana.
Jakarta, 07 Agustus ,2013
Dengan setulus hati:
Tjiptadinata Effendi