Lihat ke Halaman Asli

TJIPTADINATA EFFENDI

TERVERIFIKASI

Kompasianer of the Year 2014

Menunda Sisakan Penyesalan Mendalam

Diperbarui: 20 Juni 2015   02:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1403261924418824056

[caption id="attachment_330100" align="aligncenter" width="375" caption="Menunda Sisakan Penyesalan Mendalam"][/caption]

Akibat Menunda Sisakan Penyesalan Mendalam

Kebiasaan untuk menunda sesuatu yang seharusnya dikerjakan atau dilakukan, bila tidak cepat diantisipasi, akan menjadi suatu kebiasaan jelek dalam diri kita . Sering kita berpikir:” Ah besok sajalah, hari ini agak mendung atau terlalu panas. Seringnya menuda,menyebabkan secara tidak sadar,menimbulkan suatu ketagihan ,untuk selalu menunda. Ternyata , kebiasaan menunda ini, akan menjadi penyesalan sepanjang hayat.

Pengalaman Pribadi

Suatu waktu, guru saya sewaktu di SMP, yang sudah berpuluh tahun tidak ketemu, berkunjung kerumah saya. Bertepatan pada waktu itu saya lagi berada diluar kota. Malam hari setibanya dirumah, saya dapat kabar bahwa ada Pak Iskandar ,yangpernah mengajar saya sewaktu di SMP ,datang dan pingin ketemu. Katanya kangen pingin ketemu saya.

Pada waktu itu , saya melihat ke jam dinding, jam menunjukkan pukul 9 malam. Namun karena merasa sangat letih setelah menyetir seharian, saya berpikir, biar besok pagi saja saya temui beliau . Karena ada catatan nama hotel dimana beliau menginap ditinggalkan dirumah.

Keesokan harinya, sehabis sarapan pagi, saya langsung ke hotel ,sesuai dengan catatan yang diberikan. Namun ternyata menurut petugas hotel, beliau sudah berangkat ke bandara sejak jam 7.00 pagi tadi . Sedangkan jam sudah menunjukkan jam 9.00 .jadi sudah tidak keburu lagi saya mengejar ke bandara. Saya terus pulang dan merasa agak kecewa, karena tidak berhasil menjumpai guru saya yang sudah lama sekali tidak pernah ketemu.

Karena tidak ada nomer telpon yang bisa dihubungi, maka hari demi hari berlalu.tanpa saya bisa berkomunikasi. Tepatnya seminggu kemudian, saya dapat kabar dari Medan, bahwa secara mendadak,beliau meninggal dunia. Saya sangat sedih dan menyesal, karena sudah menunda peluang untuk saya bisa ketemu. Coba kalau malam itu sepulang dari perjalanan, saya langsung kehotel tempat beliau menginap, pasti kami bisa ketemu.

Perjalanan waktu tidak mampu hapuskan rasa penyesalan di hati

Walaupun kejadiannya sudah berlalu cukup lama,namun setiap kali saya duduk , ada rasa penyesalan dalam diri, yang tak bisa saya ungkapkan kepada siapapun. Makanya artikel ini saya postingkan, dengan harapan, semoga kesalahan yang saya lakukan, jangan sampai terjadi pada orang lain.

Pengalaman Kedua

Suatu waktu sahabat baik sayaJanuar , sakit dan disarankan oleh dokter pribadinya agar medical checkup di Singapore. Karena perlengkapan alat alat ,lebih lengkap dan canggih.

Pada hari pertama Pak Januar berada di Rumah Sakit Singapore. Ketika saya menelpon, suaranya kedengaran biasa biasa saja. Malah kata Pak Januar, ia sebenarnya tidak merasa sakit,tapi karena disarankan untuk medical check up,makanaya ke Singapore . Untuk pemeriksaan intensif, sekalian mondok disana. Mendengar suaranya yang ceria seperti biasa,ditambah penjelasannya ,bahwa :” so far so good”,saya jadi lega.

Namun pada hari ketiga ketika saya menelpon kembali, saya hampir tidak mengenal suaranya lagi,karena tidak seperti biasanya. Sangat lemah dan terdengar nafasnya agak sesak. Saya kaget dan menyarankan agar istirahat saja dan jangan banyak bicara.

Pada waktu itu hari Kemis. Saya pikir, biar hari Sabtu saja saya ke Singapore untuk membezuk pak Januar. Padahal sebenarnya ,kalau saya mau, pada hari itu juga saya bisa terbang ke Singapore. Namun saya tunda dan merencanakan akan berangkat Sabtu.

Namun hari Jumaat malam,saya dapat telpon dari adiknya, bahwa Pak Januar baru saja beberapa saat di panggil Tuhan. Saya terduduk dan diam…Ada penyesalan dalam dihati saya. Coba kalau saya berangkat Kemis atau Jumaat pagi,,kami masih bisa ketemu.

Kedua peristiwa itu menjadi pelajaran pahit untuk saya dan sejak saat itu saya mengubah sikap mental dan tidak pernah menunda apapun yang bisa saya kerjakan hari ini. Namun apa yang sudah saya lakukan dulu, tetap saja menyisakan rasa penyesalan yang mendalam.

Hidup adalah Universitas Multidimensional

Hidup ini merupakan sebuah Universitas yang bersifat multidimensional.dimana setiap orang bisa belajar dari setiap peristiwa hidup, maupun peristiwa alam ,Agar dengan bertambahnya usia, bertambah juga pemahaman tentang arti dan makna dari sebuah kehidupan. Salah satunya adalah bahwatak seorangpun tahu ,apa yang akan terjadi dimasa depan , Bahkan apa yang akan terjadi besok. Karena itu, jangan pernah menunda, apa yang dapat dilakukan pada hari ini, karena kemungkinan kesempatan kedua ,belum tentu akan dapat diraih lagi. Menunda ,bagi saya ,ternyata menyisakan rasa penyesalan mendalam,kendati bertahun tahun sudah berlalu.

Semoga pengalaman pahit yang saya bagikan disini, dapat menjadi sumber inspirasi bagi setiap orang yang membacanya.Agar jangan pernah mengulangi kesalahan yang pernah saya lakukan.

Mount Saint Thomas, 20 Juni, 2014

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline