[caption id="attachment_340047" align="alignleft" width="145" caption="nurcholishmadjid,wikipedia"][/caption]
Mengenang Kepergian Bapak Nurcholish Madjid (Cak Nur)
Saat ini di New South Wales sudah menunjukkan ,tanggal 29 Agustus, 2014
Tepat 9 tahun sudah Prof.Dr.Nurcholish Madjidmeninggal. Tokohdan Pemikir Islam dan sekaligus Cendekiawan serta budayawan Indonesia yang akrab di panggil Cak Nur ini,dipanggil Tuhan ,pada usianya yng ke 66 tahun.
Cak Nur yang saya Kenal
Suatu hari, saya dapat telpon dari pakSudhamex, bahwa Pak Nurcholish Madjid, akan kembali ke Indonesia dan akan dirawat diRumah Sakit Pondok Indah. “ Besok kita jumpa disana, jam sekitar jam 7 malam ya pak Effendi?” , kata pak Sudhamex . “Oke pak, sampai jumpa besok ya”,jawab saya ,mengakhiri pembicaraan singkat kami pada waktu itu.
Cak Nur , menjalani operasi transplantasi hati di Rumah Sakit Taiping, Guangdong , Tiongkok, sejak tanggal 23 Juli .Kemudian masih harus menjalani perawatan intensif di salah satu Rumah Sakit di Singapura.
Sesungguhnya yang memiliki hubungan dekat dengan Cak Nur adalah pak Sudhamex yang saya kenal baik sejak tahun 1998 dan sejak saat itu kami sering ketemu. Belakangan saya baru tahu bahwa pak Sudhamex ini adalah C.E.O Garuda Food
Menenggok Car Nur di Rumah Sakit Pondok Indah
Esok harinya saya dan istri meluncur ke Rumah Sakit Pondok Indah . Ternyata pak Sudhamex sudah lebih dulu tiba,beberapa menit sebelumnya. Kami bertiga langsung ke Bangunan C,di lantai 4 dan setelah minta ijin pada perawat, kami di antarkan masuk keruangan. Disana hanya ada bu Omi , isteri Cak Nur dan salah satu kerabatnya. Cak Nur terbaring dengan wajah pucat. Kami hanya berbicara seperlunya dengan bu Omi dan kemudian , merapat ketempat Cak Nur terbaring. Menyalami beliau dan kemudian kami berdiam diri dan berdoa di dalam hati masing masing
Tidak sampai 30 menit, kami mohon pamit, agar Cak Nur dapat beristirahat dengan baik.Dua kali kami sempat mengunjungi beliau . Kemudian setelah Cak Nur pulang kerumah di bilangan Bintaro Jaya ,disektor 2 ,kami sempat mengunjungi Cak Nur.
Pada waktu itu Cak Nur sedang makan bubur.Sementara itu kami ditemani oleh bu Omi. Selesai makan, kami sempat ngobrol,menanyakan tentang kondisi setelah di operasi , Jawab Cak Nur:” yaa, sudah agak baikan dan sudah bisa makan bubur sedikit sedikit, Tapi kata dokter, butuh waktu yang agak panjang untuk bisa pulih kembali.Beliau sempat bercerita tentang putra beliau yang melanjutkan studi di Amerika Serikat,yakni Nadia Madjid dan Mikail Madjid.
Pertemuan Terakhir
Ternyata malam itu adalah pertemuan kami dengan Cak Nur ,untuk terakhir kalinya. Karena sesudah itu kami berangkat ke Australia. Hingga pada tanggal 29 Agustus, tahun 2005,tepatnya 9 tahun yang lalu, kami mendapatkan kabar duka ,bahwa Cak Nur telah dipanggil Tuhan. Beliau dimakamkan di Kalibata,di Taman Makam Pahlawan.
Walaupun saya tidak pernah berguru secara langsung dengan beliau, namun sesungguhnya saya banyak belajar dari beliau,maupun tulisan tulisan Cak Nur, tentang bagaimana hidup harmony dalam keberagaman. Bahwa Indonesia adalah negara yang berlandaskan Ketuhanan, bukan negara agama. Buah pikiran Cak Nur, banyak mempengaruhi cara berpikir saya dalam menjalani hidup diantara berbagai perbedaan. Inilah yang saya terapkan juga,ketika kami harus hidup di Australia, dimana terdapat lebih dari seratus suku bangsa di dunia. Bagi saya pribadi, beliau adalah guru saya.
Catatan:
Cak Nur lahir di Jombang, Jawa Timur, pada tanggal 17 Maret tahun 1939. Dikenal sebagai seorang filsuf Islam ,cendekiawan dan sekaligus budayawan Indonesia. Salah satu dari sekian banyaknya jabatan beliau, adalah Rektor Universitas Paramadina di Jakarta.Cak Nur,dapat dikatakan sebagai Ikon Pembaharuan untuk pemikiran dan gerakan Islam secara lebih moderat di Indonesia.
Ide dan gagasan Cak Nur mengenai Pluralisme telah mengorbitkan namanya di posisi muslim terdepan. Hal ini sangat dirasakan. justru disaat Indonesia tergerus oleh arus perpecahan ,karena berbagai faktor . Namun Penulis merasa tidak berhak menilai lebih lanjut, karena berada dalam posisi outsider,dalam hal ini.
Indonesia kehilangan salah satu putra terbaiknya ,Semoga akan lahir Cak Nur lainnya, untuk membangun Indonesia yang damai ,sejahtera dan hidup rukun dalam keberagaman.
Mount Saint Thomas, 29 Agustus, 2014
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H