Lihat ke Halaman Asli

TJIPTADINATA EFFENDI

TERVERIFIKASI

Kompasianer of the Year 2014

Sukses di Australia ,Pulang untuk Membangun Negeri Sendiri

Diperbarui: 18 Juni 2015   00:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1410903930346096769

Sukses Ukir Prestasi di Australia Pulang untuk Membangun Indonesia

Cynthia Wuisang bekerja sebagai dosen tetapi juga masih berpraktek sebagai arsitek. (Foto: Cynthia Wuisang)

Minggu ini, dua perempuan asal Indonesia akan bertemu dalam wisuda di Universitas Adelaide, Australia. Keduanya berada dibidang yang sama,yakni  bidang arsitektur. Tidak tanggung tanggung, yang satunya profesor dan yang lainnya doktor yang baru lulus. Sebuah pencapaian membanggakan tidak hanya bagi mereka berdua, keluarga mereka, tapi juga sebuah kebanggaan untuk kita semua,bangsa Indonesia.

Setelah empat tahun, Cynthia Erlita Wuisang merampungkan studi S3 atau PhD nya di University of Adelaide, Australia Selatan. Upacara yang akan berlangsung tanggal 18 September 2014 nanti menjadi ajang perayaan dan peresmiannya. Perempuan yang di Indonesia bekerja sebagai arsitek dan dosen di Universitas Sam Ratulangi, Manado. Yang menarik adalah ,bahwaDosen pembimbingnya adalah  Veronica Soebarto, profesor dan ketua sementara Fakultas Arsitektur University of Adelaide,adalah juga Alumni Universitas Indonesia.

Selain sebagai pembaca nama, Veronica juga berperan sebagai pembimbing Cynthia dalam proses penyelesaian thesisnya, yang membahas pentingnya peran lansekap kebudayaan, atau cultural landscape, dalam proses pembangunan suatu wilayah.

Penelitian Cynthia berusaha menggali kembali karakter budaya lokal masyarakat Minahasa di Sulawesi Utara.Tak kurang dari 300 responden dari 14 desa di wawancarai, demi menggali  tentang cara berfikir masyarakat setempat, terkait lingkungan, kepercayaan, dan budaya.Dasar pemahaman pengetahuan ini akan  digunakan dalam proses pembangunan suatu wilayah.

Dalam membangun dan menangani wilayah, Minahasa perlu mempertimbangkan aspek-aspek penting ini.Saat ini, proses pembangunan tidak mempertimbangkan hal ini, melainkan sekadar membangun hal-hal baru, tanpa menghargai budaya setempat ,yakni kearifan lokal,karena terpancang semata pada pola pikir modern.

Cynthia berhasil mendapatkan informasi mendalam tentang kepercayaan masyarakat setempat yang terkait berbagai hal, mulai dari alam, tarian, hingga peralatan yang digunakan sehari-hari. Semua ini bagian dari keseharian mereka, dan cara mereka mengatur kehidupan bermasyarakat, bermukim, mengolah lahan, semuanya berkaitan satu sama lain.Kalau semua hal ini diabaikan.maka masyarakat setempat merasa tidak diikut sertakan dalam membangun desa mereka

Bertekad Manfaatkan Ilmu  dicapainya  untuk Membangun Indonesia

Cynthia sendiri berharap hasil penelitiannya bisa dijadikan masukan bagi pemerintah setempat atau pihak developer yang akan membangun di Minahasa

.“Saya ingin sekali setelah balik dari sini memberi kontirbusi bagaimana membangun dari bawah. Selama ini yang ada top down,” Cynthia.

Sebelum mengejar gelar S3, Cynthia juga merampungkan S2-nya di universitas yang sama, yaitu University of Adelaide.Tak hanya mendapat ilmu, Ia juga belajar banyak dari mengamati manajemen kota Adelaide di Australia Selatan, tempat universitas itu terletak, dan membandingkannya dengan Indonesia, terutama kota Manado.

Wanita ini bertekad untuk menjadikan Manado bisa seindah kota Adelaide. Manajemennya bagus sekali,” ucap Cynthia,“Saya ingin berkontribusi ke pemerintah daerah untuk memberikan masukan-masukan bagaimana pemerintah Adelaide mengelola dengan baik."(sumber: radioaustralia/abcnews.dinaindrasafitri)

Catatan Penulis:

Menuntut ilmu dinegeri seberang dan bertekad untuk kembali membangun negeri sendiri,adalah cita cita yang sangat luhur. Semoga keduanya tidak hanya mendapatkan apresiasi di negeri orang, tetapi juga mendapatkan dukungan di negeri sendiri.

Mount Saint Thomas, 17 September, 2014

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline