Lihat ke Halaman Asli

TJIPTADINATA EFFENDI

TERVERIFIKASI

Kompasianer of the Year 2014

Sepotong Kisah Hidup, dari Pedagang jadi Penulis

Diperbarui: 17 Juni 2015   23:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14113410321234194549

[caption id="attachment_343741" align="alignleft" width="131" caption="salahsatujudul buku:tjiptadinata effendi"][/caption]

Sepotong Kisah Hidup ,Dari Pedagang Jadi Penulis.

Antara Pedagang dan Penulis ,jelas merupakan hal yang sangat berbeda.Sebagai seorang Pedagang,maka motivasi terbesar adalah bagaimana cara mendapatkan keuntungan sebanyak banyaknya. Selalu belajar dan mengasah ,agar sense of business semakin tajam dan kepekaan terhadap situasi dan perkembangan terkini ,tidak boleh luput,walaupun sesaat. Berbisnis,tidak hanya terpaku pada penjual dan pembeli,tetapi merambah kesemua faktor kehidupan.

Contoh: Pada waktu saya masih aktif sebagai seorang Eksportir , sebuah berita international ,dapat menjadi berita baik atau buruk ,bagi saya sebagai Pedagang. Dan seperti falsafah jurnalis:”Bad news is a good news”,juga berlaku dalam dunia bisnis. Ketika di salah satu siaran TV luar negeri menayangkan bahwa :”telah terjadi hujan salju dan sebagian kebun kopi di Brazil mengalami kerusakan parah.” Pada waktu itu ,berita buruk ini, malah menjadi berita yang sangat menggembirakan hati. Mengapa? Karena kalau kebun kopi di Brazil rusak, maka sebagai negara pemasok kebutuhan kopi terbesar dunia ,akan sangat berpengaruh pada harga kopi dunia.

Bertepatan pada waktu itu ,dalamgudang saya stock kopi full. Sambil tersenyum gembira,saya sudah dapat mengira ngira keuntungan yang luar biasa,yang akan saya peroleh ,akibat turunnya salju yang merusakkan kebun kopi di Barzil. Malam itu juga,bertubi tubi ,pada alat :”telex” (pada waktu itu komunikasidengan dunia international adalah telex),masuk permintaan kopi dengan harga yang membuat perasaan saya melambung tinggi. Karena harganya meroket.

Pedagang Jadi Penulis

Itu adalah sepotong kisah hidup pribadi saya. Prinsipnya :”mengumpulkan uang sebanyak mungkin”,tentunya melalui kerja keras dan jalan yang benar. Namun setelah anak anak berkeluarga,saya berada dalam posisi memilih,apakah akan terus mengejar uang? Dengan resiko,kami akan jauh dari anak anak dan kemungkinan cucu cucu kami akan merasa asing dengan kami sebagai Opa dan Oma nya.

Saya rundingkan dengan istri saya dan kami memutuskan untuk memilih:”dekat dengan keluarga”.Kami tinggalkan semua usaha ,kami tinggalkan tanah kami di Pasaman,yang dulu kami cita citakan untuk mendirikan rumah dan tinggal di desa. Kami pindah ke Jakarta, karena anak anak sudah tinggal di Jakarta dan Bogor pada waktu itu.

Maka pada usia mendekati 60 tahun,saya mulai menulis buku. Walapun sudah pensiun dari bisnis,tapi naluri bisnis masih melekat pekat. Maka saya menulis,materi yang pada waktu itu belum banyak yang menulis. Ternyata laris manis dan buku pertama mengalami cetak ulang berkali kali. Uang royalty mengalir deras masuk kerekening. Selanjutnya buku ke 2 ,ke 3 dan seterusnya hingga ke 9 dicetak oleh PT ElekMedia Komputindo .Sedangkan buku buku lainnya dicetak dipenerbitan lainnya. Antara lain :”Your chois is your life”

Beda Menulis Buku dan Menulis di Kompasiana

Bukan karena sudah bosan menerima uang masuk,tapi saya renungkan berkali kali, bahwa menulis buku, saya dapat uang . Dan seperti yang pernah saya postingkan,dengan uang hasil royalty yang terkumpul di rekening ,saya dan istri dapat memanfaatkannya untuk berkeliling keluar negeri.

Namun hidup itu bersifat dinamika dan sekaligus romantika. Berubah dari waktu kewaktu dari satu sudu kesudut yang lain. Menulis buku ,hasilnya :”dapat uang royalty”. Menulis di Kompasiana:” Dapat banyak teman dan sahabat”

Maka saya beralih menulis di Kompasiana sejak 2 tahun lalu.Hasilnya saya dapatkan teman dan sahabat yang luar biasa peduli. Saya sudah memilih sesuatu yang tepat,sesuai dengan alur usia yang sudah 71 tahun plus,yakni mencaridan menemukan teman dan sahabat. Untuk saling sharing and connecting.

Hingga hari ini, tercatat teman saya di Kompasiana : 1924 orang ! Kalau dibagikan selama hampir 2 tahun saya bergabung, berarti 1.924 : 730 hari =  berarti dalam satu hari saya mendapat teman 3 orang. Sesuatu :"pencapaian" yang membuat saya semakin bersyukur.

Semoga tulisan kecil ini ,ada manfaatnya,setidaknya menjadi inspirasi bahwa dalam hidup terkadang kita dihadapkan pada sebuah pilihan dan saya sudah memilih untuk menjadi bagian dari 200 ribu Kompasianers yang tersebar diseluruh dunia. Saya senang dan berterima kasih kepada Pengelola Kompasiana,serta teman teman semuanya.

Mount Saint Thomas,September 22/2014

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline