Lihat ke Halaman Asli

TJIPTADINATA EFFENDI

TERVERIFIKASI

Kompasianer of the Year 2014

Ketika Orang Merasa Dirinya Hebat, Maka Saat Itu Adalah Awal Kejatuhannya

Diperbarui: 17 Juni 2015   23:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14118165181996738997

[caption id="attachment_344691" align="alignnone" width="700" caption="Semua orang butuh uang,tapi uang bukan segalanya/ft,tjiptadinata effendi"][/caption]

Ketika Orang Merasa Dirinya Hebat, Maka Saat Itu Adalah Awal Kejatuhannya

Sore saya sedang duduk di teras rumah putri kami di Mount saint Thomas,karena musim semi sudah tiba, maka udara tidak lagi terlalu dingin mengigit. Tanpa sadar pikiran saya melayang kemasa masa dulu,sewaktu saya masih bekerja disalah satu perusahaan swasta. Tugas saya adalah mengambil uang dibank dan kemudian menjerahkan kepada kasir perusahaan.

Saya hanya boleh berdiri hingga didepan pintu kantor ,walaupun saya adalah salah satu karyawan disana. Pada pintu masuk ,ada tulisan tebal:” Dilarang Masuk Kecuali Staff”. Saya sama sekali tidak tersinggung diperlakukan demikian, karena sudah lama menjalani hidup yang morat marit. Sehingga dapat perkerjaansaja ,sudah sangat saya syukuri. Mana mungkin ada niat ataupun terpikirkan untuk menuntut ini dan itu. Yang penting tiap bulan ada uang yang bisa dibawa pulang untuk anak dan istri.

Sekali mengambil uang ,minimal satu karung bekas tepung terigu. Karena pada waktu itu perdagangan cengkeh menjadi primadona dalam perdagangan di Indonesia. Karena perusahaan rokok kretek sedang booming, karena begitu larisnya rokok kretek diseluruh Indonesia.

Boss Tidak Pernah Bicara Dengan Saya

Boss sama sekali tidak pernah bicara langsung kepada saya. Setiap perintah diberikan pada staffnya dan saya hanya menjalankan sesuai perintah :”ambil uang di Bank ini dan kemudian di bank lainnya. “ Atau :” Setor di Bank Indonesia dan kemudian uangkan check in.”

Sekali lagi ,saya tidak peduli akan semuanya itu,karena pikiran saya hanya tertuju,bagaimana bisa mengubah nasib keluarga . Suatu waktu, seluruh staf lagi tugas keluar ,hanya tinggal Boss di kantor. Saya barusan kembali dari bank dan membawa 2 karung bekas tepung uang tunai. Tentu saja saya tidak berani mengambil resiko dengan menenteng uang sebanyak itu dan berdiri diluar. Oleh karena itu saya ketuk pintu dan minta ijin untuk menyerahkan uang tersebut. Tetapi saya amat kaget, ketika Boss tiba tiba menjadi sangat berang:” Apa?!! Lu letakkan saja uang itu digudang.! Mengerti!”

Saya kaget ,namun saya jawab;”Baik Pak” dan berlalu .Tentu saja saya tidak berani menjalankan sesuai perintah Boss untuk meletakkan uang sebanyakitu di gudang,karena siapa tahu,kunci gudang ada copynya ditangan orang lain. Sekiranya hilang, pasti saya yang akan masuk ke Penjara .Oleh karena itu saya bawa kedua karung berisi uang tersebut dan duduk didalam gudang ,menunggu Staff Perusahaan kembali dari makan siang.Ternyata inilah kesalahan saya.

Belum 5 menit saya duduk,tiba tiba Boss sudah berdiri didepan saya ,sambil bercekak pinggang:” Lu tuli ya.kan gua sudah bilang,letakkan digudang.Mau apa lu bawa bawa uang itu haa?!”

Darah muda saya melonjak sampai keubun ubun rasanya. Namun terbayang anak dan istri dirumah,saya diam dan tidak menjawab.Ternyata lagi lagi ini,adalah kesalahan saya. “Sudah,sini uang itu dan lu tidak usah masuk kerja lagi sejak hari ini.Gua tidak mau anak buah gua tidak patuh perintah gua lu tahu!”

Saya Pulang dengan Hati Terluka

Dengan sedih hati saya pulang kerumah dan berdiam diri dikamar kami yang pengap. Istri saya sudah tahu ,pasti ada masalah, kalau saya sudah diam . Ia mendekati dan bertanya. Dengan menangis saya sampaikan bahwa saya barusan diberhentikan.

“Jangan sedih, kita cari kerja lain. Mungkin dapat yang lebih baik”. Kata istri saya sambil memeluk saya erat erat. Sejak saat itu saya tidak pernah lagi datang kesana dan tidak pernah mendengarkan kabar tentangBoss saya. Waktu berlalu ,bagaikan panah lepas dari busurnya..

30 Tahun Sudah Berlalu

Ketiga anakkami sudah menyelesaikan study dan mereka sudah berkeluarga, Kami sudah tinggal di salah satu apartement di kawasan Kemayoran. Saya sama sekali tidak ingat lagi pada Boss saya,hingga suatu waktu ketika ,saya dan istri sedang duduk dibangku menunggu mobil kami dicuci oleh si Ucok langganan kami, tiba tiba mata saya melihat sesosok lelaki yang amat saya kenal. Saya berdiri dan untuk memastikan ,sayakatakan pada istri saya ;’ Coba lihat itu ,yang bawa kardus bekas ,apa itu bukan Boss saya dulu”

Istri saya sampai berdiri dan turun dari bangkunya untuk melihat lebih jelas:”Benar ..itu Boss yang dulu”.Hati saya tiba tiba terenyuh. Saya coba berlari dan memanggil :”Pak Pak…sambil menyebut namanya..”Lelaki ini berpaling dan menengok kearah saya sesaat. Darah saya bagaikan berdesir sangat kencang:’Benar itu Bosssaya”

“Kita tolong ya”,kata saya cepat pada istri saya dan Lina mengangguk:” Yaa yaacepatlah ntar keburu pergi” .Saya coba berlari menuju kearah Boss saya, namun sebuah mobil melintas,lari saya terhenti dua atau tiga detik.Ketika saya lanjutkan mengejar,ternyata orangnya sudah menghilang……

Tidak Ada Rasa Dendam Sama Sekali

Lama saya terpana ..dijalan. Klakson mobil yang bertubi tubi menyadarkan saya ,bahwa saya lagi berdiri ditengah jalan. . Mata saya basah.tidak ada dendam sedikitpun,malah saya sangat ingin bisa membantu nya . Karena kendati kami tidak kaya, tapi untuk sekedar membantu,kami masih bisa lakukan.

Saya coba cari informasi , ternyata benar.Mantan Boss saya tersebut. Sudah cukup lama bangkrut ,bahkan rumahnya sudah dijual ,namun tak seorangpun yang berniat menanyakan dimana rumahnya.Sehingga sampai hari ini .kami sungguh tidak dapat membantunya. Ada rasa sesak di dada,melihat mantan Boss saya yang kaya raya, kini harus hidup denganmengumpulkan kardus bekas……..

Peristiwa ini semakin mengingatkan diri saya,agar jangan pernah merasa diri hebat. Karena begitu orang merasa dirinya hebat, maka saat itu adalah awal kejatuhannya..

Mount Saint Thomas. 27 September, 2014

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline