Lihat ke Halaman Asli

TJIPTADINATA EFFENDI

TERVERIFIKASI

Kompasianer of the Year 2014

Terapkan Budaya Indonesia di Luar Negeri,Mengapa Tidak?

Diperbarui: 17 Juni 2015   19:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14147174661466602760

Terapkan Budaya Indonesia di Luar Negeri, Mengapa Tidak?

Kendati ada kata katabijak yang mengatakan :” Dimana Bumi Dipijak,Disana Langit di Junjung”, yang bermakna ,dimana kita bertempat tinggal,maka sudah selayaknya kita mengikuti aturan yang berlaku ditempat. Namunmenyimak sebuah pribahasa atau the wisdom words, tentunya tidak secara serta merta kita telan . Perlu disimak ,secara arif dan bijak, agar tidak menghilangkan jati diri kita sebagai orang Indonesia.

Kami sudah berdomisili diAustralia ,selama kurun waktu hampir 10 tahun. Dan berada di3 negara bagian: Queensland- Western Australia dan Kini di New South Wales. Pada kedatangan pertama, saya pahami terlebih dulu , tradisi dan budaya, serta aturan yang berlaku disini.yakni:

Hargai hak orang lain.

Jangan menghakimi orang berdasarkan hukum yang berlaku di negeri anda. Maksudnya : bila kita tidak suka lihat orang pakai bikini,mundar mandir di tepi pantai,ya nggak usah lihat. Tapi jangan diplototin ,apalagi di tegor,karena bukan hak kita.

Jangan tanya tentang agama dan umur,serta hal lain yang bersifat pribadi. Selama 10 tahun tinggal disini, jujur, saya tidak tahu, teman saya orang Australia, agamanya apa dan berapa sesungguhnya umurnya.

Jangan campuri urusan pribadi orang. Kalau tidak suka akan tabiat seseorang ,ya jaga jarak saja,tapi jangan sekali kali menasihati ,kecuali sudah sahabat karib.

Aturan untuk di jalankan

Aturan yang ada disini,sungguh sungguh untuk diterapkan.Misalnya melanggar aturan lalu lintas,denda200 dollar . Jangan coba menawar ,kalau tidak ingin masuk bui,karena dianggap menyuap. Karena Polisi disini,sudah bisa makan sendiri,jadi tidak perlu disuapin lagi.

Hargai hak hidup hewan

Jangan pernah berpikir,bahwa kalau kita sudah membeli seekor anjing atau kucing, maka hewan ini adalah milik kita dan dapat diperlakukan sesukakita. Semua anjing dan kucing sudah harus terdaftar dan dipasang chip di tubuhnya,Kemudian ada nama pemilik dan nomer telpon.

Menyiksa hewan, didenda,bahkan bisa dipenjara.Tidak ada hewan yang boleh berkeliaran dijalan raya atau keluar masuk ke rumah tetangga,bisa didenda dan hewannya disita .

Ada yang menganjal

Semua aturan tersebut,bagi saya tidak ada halangan untuk saya patuhi.Namun dalam menjalani persahabatan , saya merasakan sesuatu yang tidak pas, menurut kata hati saya, misalnya:

Undangan pada waktu Ultah. Kado kita diterima, tapi makan kita bayar masing masing.

Saya tidak mungkin protes ataupun mengubah tradisi mereka,karena saya numpang hidup dinegeriini. Yang dapa saya lakukan adalah memberikan mereka contoh , bagaimana seharusnya sebuah persahabatan itu ,yakni :’mutual respect and mutual understanding”

Pertama

Yang saya lakukan adalah mengundang mereka pada waktu saya ulang tahun. Setelah selesai acara pesta,saya umumkan, bahwa semua makan dan minum ,kamiyang bayar dan tidak boleh ada yang mengeluarkan uang.Mereka kaget surprise,heran .

Saya jelaskan :” ini adalah budaya saya di Indonesia”. Setiap yang mengundang, berarti sudah siap untuk membayar semuanya. Kalau keuangan pas pasan, boleh memilih makan bukan di restoran, tapi prinsipnya adalah :”Berani mengundang, konsekuensinya adalah membayar semua rekening”

Dan luar biasa, sejak itu, kalau mereka mengundang kami , ternyata mereka sudah mempraktekkan budaya Indonesia. Saya bangga, bahwa satu langkah sudah saya lakukan,yakni menerapkan budaya Indonesia di Australia dan mereka dengan senang hati menerima dan menerapkannya.

Kedua

Bekunjung kerumah teman dengan pakaian pantas. Pertama kali ,teman teman anak kami ,datang bertamu dengan celana pendek. Pria dan wanita.Jujur saya risih. Tapi mereka adalah tamu,yang layak dihargai .

Saya berikan mereka contoh: setiap kali berkunjung kerumah mereka ataupun dalam pertemuan manapun,saya selalu berpakaian rapi .Mereka salut dan sejak saat itu ,tidak ada lagi tamu kami yang datang dengan celana pendek dan pakai kaus oblong. Baik pria ,maupun wanita.

Langkah kedua yang semakin menggembirakan saya, Kendati tidak menjadikan saya semakin berjiwa nasionalis,setidaknya2 (dua) budaya Indonesia sudah berhasil saya terapkan di sini.

Ketiga

Membudayakan pakain batik. Setiap kali balik ke Indonesia, kami selalu memborong baju batik .Minimal satu koper penuh. Bukan untuk jualan, tapi untuk dibagikan kepada teman yang berulang tahun. Mereka senang luar biasa. Padahal batikyang kami beli di Pekalongan atau di Yogya,hanyalah batik kodian,yang harganya sekitar 100 ribuan. Tapi bagi teman teman Australia,sebuah surprise yang luar biasa. Kalau 100 ribu rupiah,berarti hanya 10 dollar Australia.Kalau disini paling Cuma dapat beli coklat.

Kini kalau hampir disetiap undangan ,mereka mengunakan batik .Termasuk mantu kamiyang juga orang Australia.bangga pakai batik,apalagi saya.!

Melakukan hal kecil untuk menerapkan budaya Indonesia secara bertahap dinegeri orang dan diterima dengan senang hati,bahkan ditiru dengan baik. Sungguh memberikan suatu kebahagiaan tersendiri bagi saya pribadi .Walaupun, apa yang saya lakukan ini, hanyalah secuil keikut sertaan saya ,untuk berbuat sesuatu bagi tanah tumpah darah saya :” Indonesia Jaya”

Sebuah kebanggaan yang tulus, yang lahir dari dalam lubuk hati saya yang terdalam, bahwa saya tidak mencintai Indonesia dengan setengah hati

Mount Saint Thomas, 31 Oktober, 2014

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline