Lihat ke Halaman Asli

TJIPTADINATA EFFENDI

TERVERIFIKASI

Kompasianer of the Year 2014

Berbagi Pengalaman Hidup: "Kata Kunci Hindari Kegagalan"

Diperbarui: 17 Juni 2015   18:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Berbagi Pengalaman Hidup:”Kata Kunci Hindari Kegagalan"

Experience is the best teacher! Pengalaman adalah guru yang terbaik. Namun alangkah baiknya bila kita secara arif memaknai the wisdom words tersebut diatas. Belajar dari pengalaman hidup sendiri,menghadirkan kewaspadaan diri. Sebaliknya belajar dari pengalaman hidup orang lain, adalah ibarat orang belajar, tanpa perlu membayar uang sekolah.Yang terkadang harus dibayar amat mahal..

Tidak ada kejadian yang spektakuler, namun diharapkan dengan saling berbagi dan mengisi ,mungkin akan dapat menjadi inspirasi bagi orang lain.

Penyebab Terbesar Kegagalan

Penyebab terbesar kegagalan dalam hidup:


  • bukan karena kurangnya pengetahuan
  • Bukan karena faktor usia
  • Bukan karena faktor hokki atau lucky
  • Juga bukan karena ketiadaan peluang untuk sukses
  • Tetapi terutama adalah karena orang melupakan Hukum Prioritas.

Untuk memahami secara mendasar tentang hukum prioritas ini, tidak perlu harus sarjana hukum ataupun sarjana falsafah. Setiap orang .sesungguhnya sudah memahaminya,namun tidak menerapkan dalam kehidupan pribadinya.

Contoh sederhana adalah: setiap kali kita membeli barang, selalu mulai menghitung dengan angka 1 – 2 – 3 dan seterusnya. Bila cara ini tidak diikuti dan orang mulai menghitung secara serampangan.maka semuanya akan menjadi keliru . Mengendarai mobil ,selalu diawali dengan persneling 1 dan kemudian baru masuk kepersnelling 2 dan selanjutnya. Boleh dikatakan semua orang sudah memahaminya.

Akan tetapi ,disisi lain kehidupan, banyak orang mengabaikan hukum prioritas ini.Mungkin tanpa sadar, kita juga pernah melakukannya.

Cara kita menempatkan Prioritas dalam Hidup

Setiap orang bebas menentukan jalan hidupnya masing masing dan tak seorangpun berhak untuk mendiktekannya. Namun setiap orang berkewajiban untuk menata hidupnya,dengan jalan mendahulukan pekerjaan yang patut diprioritaskan.

Ada begitu banyak hal hal penting dalam hidup kita.:


  • Bekerja
  • Berdoa
  • olah raga
  • hobbi
  • kegiatan sosial
  • makan /minum
  • tidur

Semua kegiatan diatas adalah penting.


  • bekerja untuk mendapatkan penghasilan, guna membiayai hidup keluarga
  • berdoa itu perlu,apapun agama yang kita Imani
  • olah raga juga perlu,karena tanpa olah raga kita akan gampang terserang penyakit
  • hobbi dan refreshing penting,bekerja terus menerus,tanpa refreshing akibatkan kejenuhan
  • sosial juga tidak boleh diabaikan, karena hidup itu harus berbagi
  • makan dan minum ,jelas diperlukan, bila ingin tetap hidup
  • Tidur, tidak usah dijelaskan ,semua orang tahu ,bahwa tidur itu perlu ,untuk jaga kesehatan

Menyusun Prioritas

Secara garis besar, kesemua hal penting,yang harus dilakukan ,dapat dibagi atas :


  • Pioritas Utama
  • Prioritas Kedua
  • Prioritas Ketiga
  • Dan seterusnya.

Setiap orang berhak untuk menikmati kebebasan hidup,tapi hukum Prioritas tetap harus dijalani. Namun dalam prakteknya, banyak orang menganggap remeh dan tidak mempraktekkannya secara konsisten. Akibatnya terjadilah kesenjangan didalam menerapkan ,mana yang patut didahulukan dan mana yang seharusnya di nomer duakan. Yang terjadi justru ,orang mendahulukan yang disukainya, kemudian baru melakukan kewajibannya. Tidak jarang, hal yang sesungguhnya menjadi Prioritas Utama, menjadi yang terakhir dilakukan.Akibatnya sudah bisa di duga,yakni : Kegagalan demi kegagalan

Mengawali Hari denganBaca Koran

Kekeliruan terbanyak dilakukan orang adalah mengawali harinya dengan duduk baca Koran. Padahal pagi itu adalah kesempatan emas, untuk dekat dengan keluarga, Mengingat setelah pagi itu ,seharian kita tidak jumpa dengan keluarga, Karena anak anak kesekolah,ayah ke kantor /ketempat kerja/ ibu mengajar/dirumah. Secara tersistim.keluarga akan terpisah dalam 3 lokasi dan baru akan ketemu setelah senja ataupun malam hari.

Kurangnya komunikasi, secara tidak sadar, akan menciptakan :”gap” atau jarak di dalamkeluarga. Yang lama kelamaan mengurangi keharmonisan rumah tangga.Dan terburuk adalah dapat menjadi penyebab gagalnya kehidupan berumah tangga, Walaupun mungkin ada pencetus lainnya,namun cikal bakal kegagalan itu sudah terstruktur sejak orang mengabaikan hukum prioritas, yakni :” family is the first”. Keutuhan keluarga adalah nomer satu.

Hobbi

Tugas utama di kantor atau ditempat pekerjaan ,tentunya melakukan tugas kita ,sesuai dengan jabatan . Karena untuk itulah kita dibayar. Namun ,kalau kita menelusuri kantor kantor, karyawan memang membuka laptop,tapi bukan mengerjakan pekerjaan, melainkan main games. Ketika berada di Indonesia, beberapa kali saya mengalami, ketika di toko mau membeli sesuatu, karyawannya tampak amat sibuk dengan laptop atau Hp ditangan, sehingga pertanyaan kita dijawab asal asalan. Dan tidak jarang ,yang menjawab,,sambil matanya tetap menatap kelaptop atau ke Hp nya. Kembali hukum prioritas dilanggar .

Dirumah

Pulang kerja ,sudah malam.mandi ,makan malam dan duduk nonton sepak bola ,hingga larut malam. Istri dan anak anak ,tidak mendapatkan perhatian sama sekali.

Akibat kurang harmonisnyahubungan dalam keluarga, maka secara tanpa sadar, kita sudah membuka peluang untuk masuknya orang ketiga dalam kehidupan pribadi. Baikataupun suami dan anak anak.Masing masing secara naluriah, mencari orang yang tempat curhat dan mau mendengarkan keluhan dan kesulitan mereka. Karena di dalam keluarga sendiri, mereka seolah tidak mendapatkan tempat untuk curhat.

Mengabaikan hukum prioritas,secara tidak sadar akan menciptakan lingkaran setan dalam kehidupan kita. Sekali kita terjebak, akan sangat sulit bisa melepaskan diri. Karena itu sebelum terlambat,mulailah dari sejak hari ini untuk merancang hukum prioritas untuk diri sendiri. Don’t wait, till to-morrow what you can do to day, because to-morrow maybe too late.

Mount Saint Thomas, 10 November, 2014

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline