[caption id="attachment_354974" align="aligncenter" width="560" caption="demi cinta pada anak.ayah rela terlunta di Klia2/tjiptadinata effendi"][/caption]
Demi Kunjungi Putri Baru Melahirkan Seorang Ayah Tersesat 5 Jam di KLia2
Malam tadi kami landing di Bandara Kualalumpur yang megah ,dalam rencana untuk kembali ke Indonesia,menghadiri Kompasianival. Bandara KL2 yang konon terbaik di seluruh Asia ini, memang dapat menyebabkan orang tersasar. Karena antara jarak dari satu kounter ke kounter lainnya ,harus menjalin jalan panjang yang berbelok belok. Kami saja yang dalam setahun 2 atau 3 kali singgah disini,masih harus dengan cermat membaca sign board atau petunjuk yang terpajang disana,agar tidak tersasar kesana kemari.
Orang tidak hanya bisa tersesat di hutan belantara ,tetapi juga di keramaian. Nyasar di hutan , akan menghadapi resiko kemungkinan diterkam binatang buas atau dipatok ular berbisa dan terjebak dirawa yang dihuni buaya. Namun tersesat di belantara yang penuh dengan manusia, juga tidak kurang bahayanya. Karena dunia manusia, belum tentu aman untuk semua orang. Bahkan dalam beberapa hal,ada manusia yang lebih berbahaya dari seekor harimau ganas atau lebih licik dari seekor ular berbisa. Bahkan buaya darat,jauh lebih cerdik adn berbahaya daripada seekor buaya yang hidup dirawa rawa.
4 Jam Kesasar
Karena tidak membawa bagasi, maka kami tidak harus menunggu bagasi, tapi bisa langsung menuju ke gerbang Imigarasi. Setelah prosedur dijalani,kami berjalan menuju ke lobby untuk mencari taksi, yang akan mengantarkan kami ke hotel.
Tapi di perjalanan, kami melihat seorang pria sudah agak tua, berdiri bengong dan dengan wajah cemas. Mengenakan kupiah lusuh dan mengenakan batik ,serta menyandang sebuah ransel yang juga sudah lusuh, saya menghentikan langkah dan bertanya .Ternyata dugaan saya tidak salah, pria yang bernama Parno ini berasal dari Jember, Jawa Timur dan ingin menjenguk putrinya yang baru melahirkan .
Dengan hanya berbekal sepotong kertas bertuliskan alamat putrinya, pak Parno nekat menyebrang ke Malaysia. Sampai di Bandara yang begitu besar, Pak Parno menjadi bingung dan bertanya kesana kemari, tapi tidak ada yang menjawab, karena Pak Parno bertanya dalam bahasa Jawa.
"Sudah 4 jam saya mutar mutar disini dan bertanya dimana bisa cari bus yang bisa antarkan saya ke alamat putri saya,tapi ora ada yang ngertos" kata pak Parno,sedih dan jengkel.
Saya katakan pak.bukan mereka tidak mau jawab.tapi bus tidak bisa antar pak Parno ke alamat putrinya. Mari saya antarkan ke loket taksi. Pak Parno bawa uang nggak?" tanya saya.
"Ada nih,kata Pak Parno ,sambil nunjuk kantong celananya.