[caption id="attachment_362757" align="aligncenter" width="300" caption="foto pernikahan kami tgl. 2 Januari,2015"][/caption]
Berbagi Kisah Hidup ,Merawat Cintadalam 50 Tahun Pernikahan
Tulisan ini adalah cuplikan dari perjalanan hidup kami ,dalam mengarungi samudra pernikahan kami selama 50 tahun.Tentang suka dan duka ,sehat dan sakit ,penderitaan yang telah kami jalani bersama dan akhirnya dengan penuh rasa syukur Kehadirat Tuhan dan terima kasih tak terhingga kepada semua orang yang sudah berbaik hati berdoa untuk kami.,Hari ini ,tepat tanggal 2 Januari2015, kami merayakan Ulang Tahun Pernikahan kami yang ke 50.
foto di alaska/tjiptadinata effendi
SMA don Bosco With Love
Pandangan pertama adalah dalam pertemuan kami di SMA don Bosco Padang,tahun 1961 Dalam acara perkenalan, diantara siswi siswi yang minta tanda tangan saya, ada seorang gadis yang bernama Lina. Tatapan mata yang pertama ini, berlanjut dengan persahabatan yang lebih erat.
Sejak itu kami semakin akrab . Inilah cinta saya yang pertama dan meningkat ke jenjang pernikahan. Tidak mudah kami berdua menjalani berbagai halangan ,untuk dapat menyatukan cinta kami dalam sebuah pernikahan yang suci. Yang kami kawal berdua ,untuk tidak melakukan apapun ,sebelum kami resmi menikah.
tepian danau sentari jaya pura/tjiptadinata effendi
Tanggal 2 Januari, tahun 1965
Merupakan hari yang kami dambakan selama bertahun tahun. Kami menikah secara sederhana di Gereja Kathedral Padang.Seminggu sesudah menikah, kami mengawali hidup kami dengan merantau ke kota Medan. Maksud hati ,ingin membentuk keluarga yang mandiri. Namun.ternyata maksud hati,tidak selalu dapat diterapkan secara serta merta. Kami yang baru menikah., baru mulai membuka mata terhadap kerasnya kehidupan.
Usaha saya sebagai pedagang keliling gagal total. Modal ludas dan masih menyisakan utang pada tante kami di Medan. Untuk tidak menjadi beban, kami memutuskan untuk bekerja di pabrik karet ,35 km dari kota Medan. Kami tinggal dipemondokan buruh,yang berlokasi dekat hutan. Baru bekerja beberapa bulan,saya terserang penyakit malaria .Istri saya dengan tabah merawat dan menjaga saya selama hari hari saya terbaring sakit.
foto 20 tahun lalu.. /tjiptadinata effendi
Tante kami menyarankan agar kami berhenti bekerja, karena lokasi pabrik sangat tidak sehat, disamping bau karet menyegat sepanjang hari. Tapi kami berkeras hati untuk tetap bekerja. Dua tahun berlalu,tanpa ada perubahan dalam hidup kami. Maka dengan sangat berat hati kami pulang kampung.Dua kali kegagalan.adalah pelajaran pahit yang kami peroleh dari universitas kehidupan,yang jauh lebih keras dari pada univerisitas manapun di dunia ini.
Jualan Kelapa di Pasar Kumuh
Tiba di Padang, kami kontrak di pasar kumuh, yang bernama Tanah Kongsi. Saya jualankelapa dan istri mengajar. Sementara putra pertama kami yang baru berusia 4 tahun,ikut membantu mengumpulkan sabut kelapa. Berbagai penderitaan mendera kami. Namun kami yakin ,hidup pasti akan berubah,,asal kami mau berkerja keras untuk mengubah nasib kami.
Untuk Makan Siang Harus Ngutang.
Disamping untuk biaya hidup,kami harus membayar angsuran utang akibat gagal dalam dagang keliling, Sehingga hidup kami morat marit. Listrik diputus,karena sudah 3 bulan menunggak ,Makan siang tidak jarang harus ngutang,Sebungkus nasi ramas,kami makan bertiga.
Namun kami lalui hidup ini dengan tabah dan tak pernah lupa berdoa,kami yakin habis gelap akan terbit terang
Bertahun tahun kemudian, Tuhan memberikan kami jalan dan dari kuli.penjual kelapa, kami menjadi pengusaha dan tinggal dirumah permanent.Sejak itu hidup kami berubah total; Namun masalah hidup tak pernah akan berakhir selama kita masih bernafas.
Ditipu oleh sahabat dagang
Baru sempat menikmati hidup sebagai pengusaha, tiba tiba halyang sama sekali diluar dugaan terjadi. Saya ditipu oleh sahabat dagang saya di Singapore. Saya jatuh sakit dan sekarat. Syukur istri saya dengan setia mendampingi,menghibur dan menyemangati saya, sehingga dengan merangkak,kami bisa bangun kembali.
Kembali kami dapatkan pelajaran hidup,bahwa hidup itu tidak selalu mulus. bagaikan samudra,yang terkadang tenang ,namun terkadang mampu menghempaskan siapa saja.
Disinilah peran istri,sungguh sungguh diuji. Dan dengan penuh rasa syukur saya katakan bahwa istri saya Lina, lulus dalam ujian kesetiaan terhadap suaminya,yakni diri saya sendiri.
Kisah Hidup kami kalau mau dibukukan ,mungkin perlu 50 judul buku. Karena itu tidak mungkin terlaksana.maka saya tuliskan cuplikan dari sana sini.
foto tahun 1998.tjiptadinata effendi
Merawat Cinta dalam 50 Tahun Pernikahan
Resep yang kami jalani selama ini,sesungguhnya sangat sederhana,yakni, mengawali hari dengan bersyukur,apapun kondisi kami Kami selalu saling menjaga hati. Saya tidak pernah membuka tas istri sya, tanpa diminta dan Lina juga tidak pernah sekali juga membuka dompet, apalagi memeriksa kantong pakaian saya.,Kami saling percaya dan saling menghormati satu dengan lainnya. Cinta bukan berarti boleh bertindak semaunya.
.Kami berdua memahami dengan sangat bahwa cinta itu harus dipahami dan dimaknai dengan sepenuh hati.bahwa :
- Cinta itu mengandung makna:
- Saling mengasihi
- Saling mengerti
- Saling menghormati
- Saling mengingatkan
- Saling mengalah
- Saling memberi
- Saling menerima
foto di Tibet, 20 tahun lalu/tjiptadinata effendi
Semoga tulisan kecil ini,akan mampu menjadi inspirasi dan motivasi bagi pasangan suami istri lainnya,yakni bagaimana merawat cinta dalam pernikahan.
Hotel Jayakarta, 02 Januari, 2015
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H