(Salah satu baju tradisional Melayu di Riau. Foto: Monash University/abcnews)
Untuk memperkenalkan budaya Riau Melayu, akan diselenggarakan simposium internasional yang membahas budaya dan seni Kepulauan Riau . Kali ini acara akan digelar di Melbourne, Australia dengan memfokuskan pada gerak tubuh, drama dan musik.
Kegiatan yang akan digelar pada 14 hingga 16 Januari di Monash University ini akan terbagi menjadi dua, yakni seminar dan pameran.Seminar akan menghadirkan para penliti dan ilmuwan yang mempelajari budaya Melayu di Indonesia, Malaysia, dan kawasan lain di Asia Tenggara.
Konferensi atau simposium yang kedua dengan menghadirkan 20 ahli kebudayaan Melayu di Indonesia, Malaysia, dan Asia Tenggara dan akan memberikan ceramah dan ada pameran, Simposium yang pertama digelar di Tanjungpinang, ibu kota Kepulauan Riau pada Januari 2013
[caption id="attachment_364119" align="aligncenter" width="857" caption="salah satu tarian Melayu oleh Ling Ling/tjiptadinata effendi"]
[/caption]
Budaya Riau Punah di Negeri Asalnya tapi Eksis di Malaysia
Menurut Profesor Margaret Kartomi dari Sekolah Musik Sir Zelman Cowen di Monash University, Kepulauan Riau, provinsi yang baru didirikan pada tahun 2004 memiliki kekayaan budaya yang luar biasa. Sayangnya kebudayaan ini kurang dikenal di dunia, bahkan cenderung diabaikan.Sementara kegiatan pameran akan menampilkan sejumlah alat-alat musik dan barang-barang tradisional khas Riau.
[caption id="attachment_364120" align="aligncenter" width="857" caption="pakaian Melayu Pria- Rino/tjiptadinata effendi"]
[/caption]
Profesor Margaret mengaku kalau kesenian musik khas Kepulauan Riau yang paling berkesan baginya adalah Nobat.Yang merupakan orkes yang dimainkan antara tahun 1722 - 1911, atau sampai sultan terakhir. Nobat ini sering dimainkan saat Sultan dinobatkan. Benar-benar berbeda sekali dengan alat musik di Jawa atau Bali.
Sejak ratusan lalu, Nobat tidak lagi dimainkan karena sudah tidak ada sultan. Lain halnya dengan di Malaysia, karena masih ada Sultan, sehingga masih dimainkan disana," ujar Profesor Margaret yang mengaku sudah berkeliling ke semua provinsi di Sumatera.(sumber ; abcnews)
Rino dan Nana dalam pakaian Minang /tjiptadinata effendi
Profesor Margaret menghabiskan waktu hampir tiga tahun untuk meneliti budaya Melayu di Kepulauan Riau. Penelitiannya ini didanai oleh pemerintah Australia.Dari hasil penelitiannya, ia berhasil mendapatkan beberapa rekaman musik khas Riau, termasuk Nobat, yang kini disimpan di Monash University dan akan diberikan kepada pemerintah Kepulauan Riau.
Dunia luar memiliki data lebih lengkap tentangbudaya Indonesia,ketimbang negeri sendiri,agaknya sudah sejak dulu kita baca dan dengarkan. Namun hingga kini,belum tampak usaha pemerintah,cq bidang budaya,yang berusaha maksimal untuk mendapatkan kembali data data dan barang barang sejarah yang tak ternilai harganya. Semoga pemerintah yang baru, cukup memiliki kepedulian tentang nasib budaya asli Indonesia.
Kupang, 12 Januari, 2015
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H