[caption id="attachment_365451" align="aligncenter" width="512" caption="surat pribadi"][/caption]
Hari ini saya dan istri libur di apartemen mungil kami di bilangan Kemayoran,setelah sebulan hilir mudik dari Jaya Pura ke Kupang, Maumere dan Ende, serta menelusuri hampir setiap pelosok tanah Jawa. Namun ternyata maksud hati mau berleha-leha dan bersantai ria duduk di depan laptop sambil menulis artikel ternyata tidak serta merta dapat saya nikmati. Karena ada banyak pekerjaan rumah yang menumpuk antara lain berkas surat surat yang campur aduk akibat kami pindah dari apartemen di Lagoon yang sudah kami jual.
Sambil menyeleksi dan menyobek surat surat kadaluwarsa tiba tiba mata saya tertuju pada dua lembar surat. Judulnya membuat hati saya kembali tergetar :”Surat Perintah Penangkapan Tjiptadinata Effendi” dan satu lagi:” Surat Perintah Membawa Tersangka”. Nama itu jelas nama saya dan isi surat perintah tersebut, sangat kental dengan pengalaman pahit yang pernah saya alami dalam hidup saya.
Memang sudah tidak ada lagi dendam dalam diri namun luka hati yang terlalu mendalam kendati sudah sembuh bila tergores kembali luka itu meradang. Saya memberanikan diri untuk membaca ulang surat perintah yang ditanda tangani oleh Direktur Tindak Pidana Drs.Sutarman
Apa Gunanya Membuka “Aib “diri?
Di dalam keluarga dan di antara kerabat dan sahabat sahabat dekat, saya dianggap orang aneh.Karena dianggap membuka “aib” sendiri di hadapan orangbanyak malahan tanpa rasa malu mempublishnya sehingga dibaca oleh ribuan orang. Misalnya bahwa saya pernah;
- Jadi kuli
- Pernah diusir dari bank
- Pernah jual cincinkawin untuk biaya pengobatan anak
- Pernah berhutang hanya untuk makan
- Pernah jadi tukang jual kelapa
Apa yang saya cari atau apa sesungguhnya tujuan saya “menjual” aib sendiri? Cari popularitas diri? Menarik simpati pembaca? Jujur, jauh dari kesemuanya itu. Tujuan saya menampilkan :” aib” saya adalah agar orang lain dapat memetik hikmah dari kisah hidup kami.Bahwa hidup itu tidaklah selalu mulus,tetapi melalui perjalanan yang berlika liku. Terpuruk dalam penderitaan ,dilecehkan dan dikhianati berkali kali. Tapi akhirnya, saya bersyukur, sudah memenangi semua pertarungan tersebut. Saya berhasil mengalahkan diri sendiri.
Mengalahkan:
- Kebencian
- Dendam
- Kesombongan
- Rasa putus asa
[caption id="attachment_365459" align="aligncenter" width="560" caption="di hotel inilah saya ditangkap di tengahmalam/tjiptadinata effendi"][/caption]
Sebuah Refleksi Diri