Lihat ke Halaman Asli

Tjhen Tha

Speed, smart and smile

Whose Puppy

Diperbarui: 7 Agustus 2021   23:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kisah ini diberi tema "whose puppies? my puppies! bercerita singkat penggalan perjalanan hidup yang menjelang hampir batas namun masih terus tertatih.

Sejak pandemi kebiasan atau tradisi sungkem pada orang tua menjadi sirna, setiap datang menjeguk mereka hanya lambaian tangan kaku dan hambar.

Semua berjalan lambat dan hambar, apalagi sejak awal tahun ini ibu sempat terpapar karenanya prokes dijalankan semakin ketat. Keinginan untuk memeluk dan mecium merekapun terpaksa ditahan.

Untungnya selama pandemi, pekerjaan lebih banyak dilakukan melalui online atau WFH, sehingga lebih banyak kesempatan mengunjungi mereka yang sudah semakin sepuh.

Setiap bertamu, kami diterima dihalaman depan yang dijadikan ruang tamu dadakan yang dihampar seadanya. Seperti jingle favorit jajanan kita "tahu bulat, digoreng, dadakan, limaratusan"

Orang-orang negeri seberang lebih kreatif dengan membangun korden plastik dihalamannya agar dapet memeluk orang-orang yang dirindukan dari cluster yang berbeda.

Namun semua itu tidak sepenuhnya hampa, bercengkrama dihalaman juga mempunyai keindahan tersendiri, terkadang pembicaraan terpaksa dihentikan ketika si koceng lalu lalang berteriak lantang minta dicarikan kardus untuk tempatnya melahirkan.

Tak lamapun sepasang ayam kate datang minta jatah raskin (beras mikin) hariannya walaupun mereka harus berbagi dengan burung burung gereja yang ikut mendarat.

Dalam pembicaraan ibu beberapa kali menanyakan sendal karet yang saya kenakan (sepertinya menggangu penglihatan beliau) memang sudah terlihat menipis namun masih nyaman dikenakan, walaupun sesekali harus melepas krikil tajam yag menembusnya. Iya hanya krikil kecil yang menembus dan menjatuhkan kita, kata pepatahnya.

Harga sendal ini hanya 5 Dinar Irak, namun dikeramatkan karena pernah digunakan dalam ritual arbain tahunan berjalan kaki sejauh 90km menuju altar penyebelihan (Pengorbanan Agung) cucu Nabi saw di Karbala.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline