Lihat ke Halaman Asli

Filosofi Bermain Gaple

Diperbarui: 24 Juli 2015   11:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

  

Banyak cara untuk menghabiskan waktu bersama-sama, selain berkumpul mengobrol "ngalor ngidul", main gitar dan bernyanyi rame-rame juga salah satunya adalah bermain gaple.

Permainan Gaple atau ada juga yang bilang Domino adalah permainan kartu yang cukup terkenal di Indonesia, dulu memang hanya terbuat dari kartu tetapi sekarang ada yang terbuat dari bahan plastik yang dibentuk mirip seperti kartu namun dengan ketebalan yang berukuran 1-2 cm. sehingga tidak mudah pecah. Permainan ini biasanya dilakukan oleh orang-orang kalangan bawah, saya sering melihat tukang becak, dan tukang ojek yang sedang nongkrong di pangkalan sambil nunggu penumpang, bapak-bapak atau para pemuda di komplek perumahan yang sedang dapat jatah siskamling atau para mahasiswa yang jenuh setelah seharian berkutat dengan diktat tebal karena jadwal kuliah yang padat dan setelahnya butuh refreshing yang murah meriah walaupun ada juga kalangan atas menyenangi dan juga bermain permainan ini.

Permainan gaple ini cukup mudah dimainkan, perlu empat orang pemain yang berpasangan, setiap pasangan saling berhadapan, 28 kartu dibagi rata ke semua pemain sehingga masing-masing mendapat 7 kartu,di awal permainan ada ketentuan untuk "membuang balak 6" atau kartu yang bertanda lingkaran-lingkaran kecil masing-masing berjumlah 6 buah di kartu gaple tersebut dan selanjutnya secara bergiliran pemain selanjutnya meneruskan dengan menyambung kartu yang jumlah awalnya sama dan seterusnya. Untuk lebih detailnya bagi yang belum pernah tahu cara permainan gaple ini dapat melihat di Youtube, banyak video upload di situ.

Pada awalnya saya hanya sebagai penonton karena dibanding Gaple, saya lebih senang bermain kartu Remi, menurut saya Remi lebih sulit daripada main Gaple. Beberapa kali saya menolak ajakan bermain, namun ketika ada turnamen kecil-kecilan di tempat tinggal saya akhirnya saya "terpaksa"ikut untuk memenuhi kuota pemain, dan ternyata permainan ini "exitcting" sekali. Ada beberapa hal baik yang saya dapat dari permainan ini karena tidak seperti main kartu remi yang masing-masing menjadi lawan kita, main gaple berpasangan membuat kita tidak boleh egois, wajib bagi kita membantu kawan tetapi juga sekaligus bagaimana menutup jalan lawan, istilah "guru" gaple saya "Buka kartu kawan tutup kartu lawan" salah satu rumus yang ampuh, selain itu kesabaran, kejujuran (karena kalau kita masih ada kartu yang harus dibuang, kita tidak boleh berbohong mengatakan tidak punya), berhitung dengan cermat melihat kartu yang sudah keluar dan masih dipegang oleh masing-masing pemain termasuk partner kita dan membuat kemungkinan-kemungkinan kartu yang akan dikeluarkan, benar-benar permainan yang menantang dan mengasah otak kita.

Akhirnya 3 bulan terakhir ini permainan remi saya berganti dengan bermain gaple, setiap malam minggu saya bersama teman-teman bahkan bermain sampai larut malam, sampai salah seorang mengatakan "aku masih ingin main tapi mataku sudah ngantuk".

Saya perlu berterimakasih kepada penemu gaple karena setidaknya telah membuat saya terhibur, dan membuat otak saya terus terasah, dan katanya kalau otak terus diasah membuat seseorang tidak mudah pikun kelak.

Rekan kompasianer yang belum pernah bermain gaple, silakan mencobanya asal satu hal yang tidak boleh, jangan disertai dengan berjudi, kata Rhoma Irama, pendiri Partai Idaman, judi itu awal dari kehancuran... !!

Selamat bermain dan bersenang-senang....!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline