Lihat ke Halaman Asli

Olah Rasa dan Puasa

Diperbarui: 25 Juni 2015   02:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13438971191593617716

"olah rasa"

dalam tradisi para pendekar, untuk sampai pada tingkat "kedigdayaan" yg tinggi, haruz bersemedi, laku nyepi meng-olah rasa-kan diri?

& bukannya terus-terusan terpatri pada kepandaian-kepandaian "kanuragan" yg serba fisik jasadi belaka? begitupun romadhon ini, dalam kebiasaan "menahan", seorang mukmin haruzlah juga meng-olah rasa-kan diri untuk sampai pada taraf ketaqwaan yg tinggi, yg digdaya. bukan hanya pandai soal "kanuragan", raga, jasad, fisik, tapi juga mumpuni dalam rasa, ruh, jiwa & kepribadian. & bukankah tingginya kualitas pribadi seseorang hanya bisa diukur dari seberapa mampu menumbuhkan kebaikan-kebaikan di sekelilingnya? seberapa sanggup kemampuannya menjadi rahmat bagi alam semesta? Lalu.. . jika awalnya romadhon penuh dengan rahmat, sudah bisakah kita merahmati semua? jika pertengahannya adalah kucuran maghfiroh-NYA, seberapa berlapang dadakah kita untuk saling memaafkan & meminta maaf? jika di akhirnya adalah proses "'itqun minan naar" (penyelamatan dari api neraka), mampukah kita bertindak menyelamatkan semesta dari kehancuran, menyelamatkan sesama dari siksaan-siksaan duniawinya? ah.. .!? ato akankah kita membiarkan romadhon berlalu begitu saja tanpa ada peningkatan kualitas diri? ^_^




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline