Lihat ke Halaman Asli

Tjahjono Widarmanto

Penulis dan praktisi pendidikan

Memajankan Sastra Indonesia di Panggung Indonesia

Diperbarui: 9 November 2020   08:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Judul di atas merupakan tema besar dari Musyawarah Nasional Sastrawan Indonesia (MUNSI) III yang berlangsung sejak 2 November hingga 5 November di Jakarta. Kata "memajankan" merupakan kata bentukan dari kata dasar "pajan". Memajankan bermakna memamerkan, mengekspos, atau mengglobalkan. Dalam konteks judul di atas berarti memamerkan, mengekspos produk-produk sastra Indonesia ke dalam lalulintas dunia global.

Memajankan atau memamerkan sastra Indonesia dalam percaturan sastra dunia jangan diartikan bahwa selama ini sastra Indonesia tidak dikenal dalam konstelasi sastra dunia, namun harus dimaknai sebagai upaya lebih menjadikan sastra Indonesia menjadi bagian dari lintasan sastra dunia. Ini bukan cita-cita baru tetapi merupakan kelanjutan dari keinginan yang sudah lama ada. HB yassin pernah mengargumentasikan bahwa sastra Indonesia memiliki peluang sebagai warga sastra dunia.

Cita-cita memajankan sastra Indonesia di panggung dunia bukan persoalan mudah. Cita-cita ini memiliki konsekuensi dan resiko-resiko rumit. 

Siapa sebenarnya yang berkepentingan langsung dalam memajankan sastra Indonesia ke dunia global ini?

Ada dua yang berkepentingan  langsung dalam soal memajankan sastra Indonesia ke publik global. Pertama adalah pemerintah atau negara. Dalam hal ini negara berkepentingan menggunakan sastra sebagai sarana mengenalkan citra atau segala hal yang berkait dengan informasi citra keIndonesiaan. Pendek kata, negara melihat sastra sebagai sarana diplomasi budaya.

Sastrawan sebagai kreator pun berkepentingan langsung dalam segala upaya dalam memajankan sastra Indonesia ke publik dunia karena berkaitan dengan reputasi dan pasarglobal.

Khazanah sastra Indonesia sangat luas, baik dalam bentuk, genre, dan media bahasa. Sastra Indonesia memiliki khazanah yg banyak. Khazanah sastra Indonesia meliputi sastra daerah dan sastra nasional (sastra indonesia). Sastra daerah adalah sastra yang tumbuh dan ada di Indonesia dengan menggunakan medium bahasa daerah. 

Sastra daerah bisa,digolongkan dalam dua jenis yaitu sastra daerah tradisional dan sastra daerah modern. Satra daerah tradisional kebanyakan berwujud folklore, babat, hikayat, suluk, dongeng, mite, legenda, serat, dan yang sejenis lainnya.

Adapun sastra daerah modern adalah sastra modern yang ditulis dalam medium bahasa daerah, misalnya geguritan, cerkak, cerbung, novel dan lain-lain. 

Di sisi lain, tumbuh pula sastra Indonesia modern yang ditulis dalam dalam bahasa Indonesia. Ragam ekspresi dan genrenya beraneka ragam pula.

Memajankan sastra Indonesia ke publik dunia berkait erat dengan penerjemahan dan penerbitan.. Problem penerjemahan sastra mirip labirin yang tiada ujung. Penerjemah sastra yang baik masih langka dijumpai di Indonesia. Taripnya pun tinggi sehingga hanya bisa dijangkau sastrawan papan atas ( dalam antrian berkantong tebal).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline