Lihat ke Halaman Asli

Tjahjono Widarmanto

Penulis dan praktisi pendidikan

Kearifan Lokal: Sumber Inspirasi Literasi Kesastraan

Diperbarui: 20 Oktober 2020   16:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ada dua konsep utama dalam tulisan ini. Pertama, adalah konsep kearifan lokal atau local wisdom dan yang kedua adalah konsep literasi. Konsep kearifan lokal atau local wisdom mengarah kepadada semua bentuk pengetahuan, keyakinan, pemahaman, kebijakan, wawasan, nilai, adat kebiasaan atau etika yang menuntun perilaku manusia dalam kehidupan di dalam komunitas ekologi (Sedyawati, 2006).  

Nilai-nilai dalam kearifan lokal tersebut memiliki peranan dan kemampuan mengendalikan arah perkembangan kebudayaan. Kearifan lokal terbentuk dari kristalisasi nilai-nilai yang sejak dahulu dihayati dan dikembangkan oleh masyarakat tertentu. 

Kearifan lokal menunjukkan identitas masyarakat yang tercermin dalam orientasi yang menunjukkan  pandangan hidup berikut sistem nilainya dalam pola sikap hidup yang mewujud dalam tingkah laku.

Setiap komunitas masyarakat memiliki kearifan lokal yang boleh jadi berbeda satu dengan yang lain, namun tidak menutup kemungkinan memiliki kesamaan atau kemiripan. 

Kearifan lokal sangat ditentukan oleh lokal (geografis), budaya, etnografis dan bisa saling memperngaruhi dan berkontribusi satu sama lain.

Bentuk-bentuk kearifan lokal beraneka ragam, bisa berbentuk benda dan tak benda. Bentuk-bentuk kearifan lokal itu di antaranya adalah

  • Folklore atau cerita rakyat, bisa berbentuk dongeng, mitos, legenda, dsb
  • Peribahasa, kata-kata bijak, pameo. Misal: Sakdumuk bathuk saknyari bumi dibelani kanti mati. Alon-alon waton kelakon, kebat bakal kliwat, dsb
  • Perminan rakyat
  • Lagu-lagu
  • Nilai-nilai luhur, misalnya: gotong royong, jujur, cinta tanah air, konsep ketuhanan, filosofi, dll
  • Teknologi tradisional, bisa berupa arsitektur, tata kelola irigasi, lingkungan, tata kelola pangan dan sebagainya
  • Larangan adat, pamali
  • Pola pikir yang mengandung budi pekerti
  • Bahasa
  • Upacara adat
  • Kesenian tradisional, baik yang berupa pertunjukkan maupun yang bukan
  • Kesusastraan lokal

Konsep literasi sebenarnya  memiliki cakupan makna yang luas dan lebar. Tak berhenti dimaknai sebagai keberaksaraan atau kemampuan baca tulis semata. Demikian luasnya wilayah literasi, maka muncullah berbagai ragam literasi. 

Ada literasi baca tulis, ada literasi media, ada literasi sains, litersi visual, literasi kultural dan sebagainya. Namun, semua literasi tersebut landasannya adalah menyimak, wicara, baca dan tulis. Dengan kata lain literasi baca tulislah yang menjadi dasar dari semua literasi (basic literacy).

Agar tak merentang panjang, tulisan ini  membatasi pemahaman literasi sebagai kompetensi keberaksaraan dan keterbacaan atau literasi kesastraan atau literasi dasar atau basic literacy.. 

Alasan logisnya, keberaksaraan dan keterbacaanlah yang menjadi dasar dan pintu masuk menuju literasi-literasi lainnya. Tanpa memiliki kemampuan beraksara dan membaca, tak mungkin seseorang bisa meraih kompetensi literasi-literasi lainnya.

Literasi dasar ( basic literacy) atau literasi kesastraan yang berupa kompetensi keberaksaraan dan keterbacaan memiliki fungsi menjadi pondasi dasar dalam menumbuhkan literasi-literasi lain karena menumbuhkan intelektualitas, memberi pengetahuan, mengeksplorasi pengetahuan, dan membangun daya kritis.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline