Lihat ke Halaman Asli

Tjahjono Widarmanto

Penulis dan praktisi pendidikan

Lelaki di Perempatan

Diperbarui: 30 September 2020   05:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

dengan sorot mata selalu sama, mata yang memyumpan seribu taksir, lelaki itu selalu saja berdiri di sudut perempatan dengan mulut membisu namun menyimpan kelebat tanya seperti bunyi dentuman.menunggu sesuatu lewat, namun tak pernah lambaikan tangan pada taksi, bus, truk yang menderu, pun tak mengangguk pada tukang ojek yang tawarkan arah tujuan.

di perempatan, di antara tikungan dan lampu lalu lintas, hiruk pikuk ritual saban pagi sampai lepas senja.matanya menyimpan seribu taksir.tangannya menggenggam berlembar kertas dan potlot yang tak lagi runcing ujungnya.

: "jangan kau umbar kata-kata lewat mulutmu yang sudah terlampau bacin, keluarkan pensil dan tuliskan agar tak hilang seperti lengking pidato para politisi.catatlah apa saja yang engkau lihat, sebab tak ada lagi kepercayaan pada kata-kata penuh janji dan rayuan, bahasa para kuntilanak dan genderuwo yang terjelma dari baliho, poster, potret, visi dan misi yang semuanya hanya seringai dan bujuk rayu:'peluklah aku akan kuberi engkau permen semanis tuba!"




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline