Bermula dari bijimu yang secui sawi aku belajar mengeja tuhan, mengenal degup yang berharap lembut tumbuh menyubur bersama dedahan penampung ranting dan rimbun daun, maka melengitlah pohon nur, reranting, dedahan dan cahaya, tempat segala anak mendongak takjub pada kehidupan.
Dahan-dahan perkasa menyimpan teduh tempat segala burung titipkan cericit pada sulur matahari menebar benih-benih pesona takjub tak putus-putus: di sinilah cahaya cahaya itu jadi lampion tempat sabda tuhan disingitkan, kelahiran, taksu, pupus dan kewajiban!
Begitulah, para nabi menggantungkan kitab-kitab, di dedahan itu menjadi ranum buah cahaya, abad yang tak pernah matang namun selalu segar seperti senyum widodari yang bibirnya lafalkan: nur.nur.nur.nur
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H