/1/
mengabdikan diri dalam kekekalan warna ini
dengan bertumpuk-tumpuk batu, membaca urat
kami menyusuri lobang-lobang dan suram yang liat
bernafas dalam percakapan yang dingin dan bisu
mendengar kembali riwayat-riwayat yang pernah hidup
dan memahatkan segala wasiat yang dibisikkan sebelum mereka mati
seperti para penyair dengan kaca pembesar menelisik frase kata-kata
/2/
serupa juru tenung yang menghafal mantra-mantra
kami juga merawat segala pesona irama dan garis