Semaun merupakan nama yang sudah tidak asing lagi dalam cerita sejarah seputar Sarikat Islam. Semaun merupakan seorang tokoh penting dari Sarikat Islam. Ia mengawali karirnya di usia yang masih muda yaitu 14 tahun dengan berkiprah di Surabaya sebagai juru tulis.
Selain itu Semaun juga merupakan sosok yang aktif menyuarakan pendapatnya seputar politik. Ketika Semaun berada di usia yang masih sangat muda tersebut, rupanya ia telah aktif berorganisasi dalam Sarikat Islam pada cabang Surabaya dan menjabat sebagai ketua. Ketika ia telah berkiprah dalam Sarikat Islam, rupanya menyebabkan rasa keingintahuan Semaun semakin meningkat, karena ia masih berusia muda sehingga semangat dalam bekerja dan rasa ingin tahu sangatlah tinggi.
Oleh karena itu, ia mudah bergaul dan terbuka kepada siapa saja, salah satunya adalah seseorang yang menyebarkan paham komunis di Indonesia yaitu Henk Sneevliet. Setelah sekian lama Semaun bergaul dengan Sneevliet, kemudian ia bergabung ke ISDV (Indische Sociaal-Democratische Vereeniging), yang merupakan sebuah organisasi sosial demokrat Hindia Belanda Afdeeling Surabaya.
Setelah sekian lama berkiprah dalam Sarikat Islam cabang Surabaya, kemudian Semaun kini berkiprah pada Sarikat Islam cabang Semarang serta masih memegang jabatan sebagai ketua. Selain itu, Semaun juga lebih akrab dengan sosok Sneevliet yang juga turut mendirikan ISDV cabang Semarang. Mulai dari sinilah Semaun menjadi seorang yang radikal.
Pada tahun 1918, yaitu ketika Semaun menjabat sebagai ketua Sarikat Islam cabang Semarang, ia semakin aktif berperan dalam beberapa aksi pemogokan yang dilakukan oleh kaum buruh.
Karena aksi pemogokan tersebut terjadi secara besar-besaran sehingga menyebabkan para kaum buruh pernah melakukan upaya dalam memaksa para majikan mereka untuk menaikkan gaji hingga mencapai 20 persen. Berbagai aksi yang dilakukan oleh Semaun dilatarbelakangi oleh semangat dan keberhasilan pada peristiwa Revolusi Rusia pada tahun 1917.
Selain itu gerakan yang dilakukan oleh Semaun juga diilhami oleh rasa prihatinnya terhadap para kaum Bumiputera yang mengalami sejumlah penderitaan karena penerapan ekonomi kapitalis oleh Belanda, sehingga Semaun memiliki niat yang kuat dalam mengajak para kaum buruh untuk bangkit dan melawan dengan cara melakukan berbagai aksi pemogokan yang dilakukan secara besar-besaran.
Berbagai pemikiran dan aksi yang dilakukan oleh Semaun rupanya bertolak belakang dengan prinsip dan tujuan Sarikat Islam cabang Surabaya yang dipimpin oleh H.O.S Cokroaminoto. Karena terjadi perbedaan prinsip tersebut maka timbul perpecahan dalam Sarikat Islam menjadi dua kubu yaitu Sarikat Islam Putih dibawah pimpinan H.O.S Cokroaminoto dan Sarikat Islam Merah dibawah pimpinan Semaun yang memiliki prinsip yaitu lebih mengarah pada konsep sosialisme. Setelah terjadi perpecahan menjadi dua kubu dalam Sarikat Islam, kemudian Semaun bersama rekannya yaitu Alimin mengubah ISDV yang didirikan oleh Sneevliet menjadi Partai Komunis Hindia Belanda pada tahun 1920 dan tak lama setelah itu berganti nama menjadi Partai Komunis Indonesia. Pada tahun 1921 Semaun pergi ke Uni Soviet, kemudian sekembalinya dari Uni Soviet Semaun semakin aktif dalam menggerakkan kaum buruh untuk melakukan serangkaian aksi pemogokan Melihat Semaun yang semakin radikal, maka pemerintah Hindia Belanda menangkap Semaun dan diasingkan ke Belanda pada tahun 1923.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H