Lihat ke Halaman Asli

Prinz Tiyo

I just don't like the odds.

Tribute to Super Depor

Diperbarui: 26 Juni 2015   05:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Kalau ada klub yang mampu membuat perbedaan di tengah statisnya persaingan Liga Spanyol dalam dua dekade terakhir, Deportivo La Coruna adalah salah satunya. Bersama Valencia dan Atletico Madrid, mereka sukses mengingatkan orang Spanyol, bahwa Primera Divicion bukan hanya milik Real Madrid atau Barcelona, dengan "mencuri" momentum sebagai juara Liga musim 1999/2000. Sukses ini istimewa karena menjadikan Super Depor menjadi tim dari kota Spanyol yang berpenduduk paling sedikit yang pernah menjuarai La Liga Primera Divicion [caption id="attachment_110569" align="alignleft" width="460" caption="Kesedihan Juan Rodriguez (getty images for guardian.co.uk)"][/caption] Musim 2010/2011 menyisakan kisah yang memilukan bagi Super Depor. Setelah malang melintang di jajaran paling elite sepakbola Spanyol, mereka harus rela turun pangkat ke Segunda Divicion akibat tidak mampu bersaing dengan tim-tim lain. Ya, inilah sepakbola, sebuah sisi kehidupan manusia yang riil dan sportif. Kalaupun ada rekayasa, itu tidak akan bertahan lama karena semuanya harus dibuktikan secara nyata di atas lapangan. Seperti yang tuliskan pada paragraf pertama, La Coruna bukanlah sekedar klub pelengkap. Kiprah mereka selama berada di Primera Divicion sangat nyata dan fenomenal. Mereka adalah salah satu juara dalam dua puluh tahun terakhir. Kekuatan mereka waktu itu lumayan menakutkan. Terlebih lagi jika mereka bermain di hadapan pendukung sendiri, di Stadion Riazor. Salah satu korban kedidgayaan Super Depor saat bermain di Riazor adalah Milan saat Deportivo bertanding di Liga Champions 2003/2004. Bagaimana mungkin, keunggulan 4-1 pada laga pertama dibalas dengan skor 4-0! Peristiwa ini mungkin menjadi salah satu mimpi terburuk sepanjang sejarah keikutsertaan Milan dalam kompetisi antarklub Eropa. Saya sampai terkagum-kagum sekaligus termangu tidak percaya ketika menyaksikan pertahanan yang digalang Maldini dan Costacurta remuk dihajar Roy Makaay dan kawan-kawan. Luar biasa! Hanya itu yang dapat saya katakan waktu itu. Demikianlah bola bergulir. Saya mengamati tersingkirnya Deportivo dari persaingan La Liga adalah karena faktor finansial. Kesehatan finansial klub-klub Spanyol kurang merata karena didominasi oleh Madrid dan Barcelona. Keterbatasan dana membuat klub kecil tidak mampu membangun sebuah tim yang lebih tangguh. Persaingan Primera Divicion boleh jadi akan mirip dengan Scottish Premier League jika arogansi dua tim besar itu tidak dikendalikan. [caption id="attachment_110568" align="alignright" width="455" caption="Juara 1999/2000 (ballsoutinpublic.wordpress.com)"][/caption] Alright, bagi saya pribadi, khususnya sebagai Milanista, Super Depor adalah salah satu lawan terberat jika mengacu pada reputasi klub tersebut pada level Eropa. Jika Milan kalah dari Manchester United, Real Madrid, atau Barcelona, itu tidak terlalu fenomenal karena reputasi yang seimbang. Terlebih akhir-akhir ini, para pesaing yang saya sebut itu memang memiliki materi pemain yang sulit untuk ditandingi. Mereka sedang bagus-bagusnya. Sewaktu disingkirkan Arsenal dan Tottenham pun tidak begitu menyedihkan. Sebaliknya, kekalahan yang datang dari Deportivo La Coruna adalah sebuah kisah klasik yang masih sulit untuk saya mengerti. Maka dari itu saya menaruh rasa hormat setinggi-tingginya kepada "Los Turcos"... Skuad juara La Liga 1999/2000 Pelatih: Javier Irurreta Petr Kouba (Ceko), Jacques Songo'o (Kamerun), Fernando Sanches, Manuel Pablo, Enrique Romero, Donato, Lionel Scaloni (Argentina), Luis Miguel Ramis, Noureddine Naybet (Maroko), Martin Cesar, Cesar Martin, Gabriel Schurrer (Argentina), Sanchez Jaime, Victor Sanchez, Mauro Silva (Brasil), Manel Eremia, Fran, Flavio Conceicao (Brasil), Victor, Moustapha Hadji (Maroko), Djalminha (Brasil), Slavisa Jokanovic (Serbia), Pauleta (Portugal), Roy Makaay (Belanda), Turu Flores (Argentina).




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline