Lihat ke Halaman Asli

Prinz Tiyo

I just don't like the odds.

Capacity Building Pendidikan Tinggi di Negara Berkembang

Diperbarui: 26 Juni 2015   08:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

"Higher education is the modern world's basic education, but many countries are falling further and further behind."
Demikian kutipan yang diambil dari laporan tentang peran universitas sebagai pendukung usaha pembangunan masyarakat yang diterbitkan oleh Bank Dunia. Keberadaan universitas juga menentukan kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh negara-negara donor. Akan tetapi, proyek donor dalam bidang pendidikan tinggi tidaklah mudah untuk dilaksanakan. Identifikasi peran universitas barat dalam bidang ini juga tidak mudah.

Makalah yang disampaikan oleh Professor Stig Enemark dari Aalborg University Denmark menyajikan studi kasus negara Mozambique yang menjadi salah satu target proyek pengembangan pendidikan tinggi Bank Dunia. Proyek tersebut menitikberatkan pada reformasi kualitatif di dalam proses belajar-mengajar pada fakultas-fakultas yang dijadikan objek penelitian di tiga universitas negeri Mozambique. Tujuan penelitian ialah 1) untuk memperkenalkan pendekatan berbasis mahasiswa yang berorientasi pada proyek, yang didukung oleh penggunaan teknologi komputer, dan 2) untuk memperbesar angka kelulusan mahasiswa.

Sebuah proyek percontohan dilakukan oleh sebuah konsorsium universitas dari negara Denmark dengan tujuan mengembangkan sebuah proyek skala penuh yang disepakati dan dilaksanakan sebagai bagian dari proyek Bank Dunia. Akan tetapi, terlepas dari kenyataan di lapangan bahwa proyek tersebut mendapatkan sambutan dan dukungan yang positif dari semua pihak yang terlibat, namun masalah pendanaan masih menjadi kendala tersendiri. Masalah pendanaan terkait dengan kurangnya kerjasama dan rasa saling memahami antara stakeholders kunci baik di negara donor maupun di negara penerima donor.

Pemahaman lintas sektoral pada skala nasional di negara-negara donor perlu dipadukan dengan kepentingan yang dimiliki oleh universitas, Kementrian Sains/Pendidikan dan lembaga-lembaga donor nasional maupun internasional.

Capacity building pendidikan tinggi di negara-negara berkembang seharusnya menjadi bagian dari portfolio strategi universitas dan didukung oleh stakeholders terkait seperti lembaga donor, kementrian terkait, dan organisasi perdagangan dan industri. Kegiatan-kegiatan capacity building hendaknya tidak dipandang sebagai faktor pendorong bagi pembangunan masyarakat di negara-negara penerima donor semata, melainkan juga sebagai kebutuhan untuk fasilitasi pengembangan kemampuan internasional dan inovasi institusional di negara pendonor. Pemahaman ini merupakan sebuah proses untuk mendapatkan keuntungan bersama yang dinikmati oleh negara pendonor maupun negara penerima donor.

Capacity building untuk pendidikan tinggi di negara-negara berkembang sangatlah kompleks. Gagasan ini merupakan sebuah proses yang sedang berlangsung yang harus dilandasi oleh prioritas nasional dan analisis historis yang menyeluruh tentang sistem pendidikan tinggi yang berlaku pada suatu negara berikut kontribusinya bagi pembangunan sosial, ekonomi dan politik. Kajian tentang capacity building harus memuat sasaran yang jelas dan menghasilkan kemampuan untuk menyeimbangkan arah strategis dengan memandang sistem pendidikan tinggi secara keseluruhan, menentukan kontribusi masing-masing bagian bagi kebaikan bersama.

Peran universitas-universitas dari negara Barat ialah fasilitasi proses capacity building. Peran tersebut harus diperkuat oleh pendekatan-pendekatan kebijakan strategis dan bukan sekedar melalui kegiatan konsultasi yang dipengaruhi oleh pasar. Negara-negara maju harus memandang capacity building di dalam pendidikan tinggi sebagai kegiatan dua-arah dan  sebagai kebutuhan pula. Dengan kata lain, capacity building tersebut sebenarnya kebutuhan bersama yang harus dipenuhi oleh kedua belah pihak, negara pendonor dan negara penerima donor. Untuk mencapai harmoni ini maka baik negara pendonor maupun negara penerima donor harus bekerjasama untuk menyusun kebijakan dan menentukan skala prioritas.

Peran pendidikan tinggi di negara Mozambique masih tergolong rendah karena terhalang oleh banyak masalah. Sebagai negara yang baru saja merdeka, banyak alasan yang menyebabkan rendahnya tingkat kelulusan warga negara dari pendidikan tersier. Alasan-alasan tersebut dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yakni alasan institusional, alasan individual, dan alasan eksternal.

1.Alasan institusional
Hubungan antara pendidikan sekunder dan pendidikan tersier masih lemah; kurikulum dan metode pengajaran tidak memadai; perencanaan buruk; tidak ada usaha dukungan untuk kegiatan mengajar; dan sarana yang tidak memadai.
2.Alasan individu
Pengajar sering tidak siap dan terlalu sibuk karena banyak kegiatan di luar lingkup pendidikan; mhasiswa menghadapi masalah adaptasi kehidupan kampus; perasaan eksklusif; kekurangan waktu belajar dan tidak memiliki manajemen waktu yang baik.
3.Alasan eksternal
Peluang kerja setelah lulus kuliah tidak jelas dan masalah keuangan karena Mozambique dilanda kemiskinan dan keadan sosial yang tidak stabil

Proyek percontohan yang diadakan oleh Danish University Consortium bertujuan untuk mengkaji indikator kinerja pelaksanaan "reformasi kualitatif di dalam proses belajar-mengajar" dengan menggunakan pendekatan-pendekatan berorientasi proyek yang terpusat pada mahasiswa." Status Danish University Consortium dalam proyek ini ialah sebagai lembaga konsultasi bekerjasama dengan Bank Dunia. Selain di Mozambique, konsorsium ini juga telah mengadakan kerjasama dengan universitas-universitas di Botswana, Afrika Selatan, Swaziland, Malaysia dan Thailand dengan nama program DANCED yang didanai oleh Pemerintah Kerajaan Denmark.  Selain beranggotakan akademisi dari Denmark sendiri, konsorsium juga merekrut perwakilan dari UNESCO Center for Problem Based Learning (UCPBL) yang berada di Aalborg University dan Kementrian Sains, Teknologi, dan Inovasi Kerajaan Denmark.  Jumlah anggota tim seluruhnya adalah empat orang.

Tim konsultasi mengunjungi Mozambique dengan membawa tiga misi yang mereka jalankan pada bulan Nopember 2002, Agustus dan Nopember 2003. Tujuannya ialah menciptakan modalitas bagi kerjasama institusional antaruniversitas Denmark dan Mozambique berdasarkan rencana strategis pemeirntah untuk pendidikan tinggi di Mozambique. Kegiatan konsultasi mendapatkan dukungan dari Bank Dunia yang berperan sebagai tim penyelidik pelaksanaan Problem-Based and Project-Oriented Learning Approach to higher education of Mozambique.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline