Lihat ke Halaman Asli

Tiyas Mukhasanah

Tadris Ips 2 - IAIN JEMBER

Filsafat Pendidikan Esensialisme dan Tokoh-tokohnya

Diperbarui: 20 Mei 2020   09:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

1. Filsafat Pendidikan Esensialisme

Aliran esensialisme merupakan aliran yang berpijak pada nilai dan fungsi yang jelas. Filsafat esensialisme adalah suatu aliran filsafat yang menginginkan manusia kembali pada kebudayaan lama. Sekolah dalam pendidikan esensialisme berfungsi menyampaikan warisan budaya dan sejarah, dan menanamkan nilai sekaligus sebagai tempat untuk mengajarkan manusia supaya hidup sesuai dengan prinsip dan lembaga sosial yang ada di masyarakat.

Esensialime menekankan pada kreativitas, subjektivitas, pengalaman manusia, tindakan manusia yang realitas. Tujuan pendidikan esensialisme adalah membentuk pribadi manusia dengan mencakup pengetahuan yang diimbangi dengan keterampilan sikap dan nilai yang tepat, kesenian serta hal-hal yang mengarah pada kehendak manusia.

2. Tokoh-Tokoh Filsafat Pendidikan Esensialisme

a. William C. Bagley, berpendapat bahwa filsafat memiliki 3 ciri yaitu memiliki minat yang kuat selama proses belajar, adanya bimbingan yang dilakukan oleh orang dewasa dalam belajar melalui pengawasan dan pengarahan, memiliki sebuah teori tentang pendidikan.

b. Thomas Briggs, ia menyatakan pendapat bahwa filsafat mempuyai pergerakan progresif sehingga aliran progresif ini membawa sebuah perubahan dan kemajuan dalam pendidikan.

c. Frederic Breed, filsuf yang mengungkapkan bahwa pengetahuan yang ada disekolah diajarkan dengan cara yang sitematik dan disiplin dan menekankan kepada apa yang mendukung pengetahuan dan keterampilan.

d. Issac L. Kandel, ia berpendapat bahwa materi pelajaran yang diberikan adalah sebagai sumber untuk memandu perilaku sosial.

e. John Locke, filsuf yang berpandangan bahwa pendidikan yang dilakukan terhadap siswa itu adalah selalu dekat dengan situasi dan kondisi serta tidak membedakan status sosial sehingga memiliki sekolah belajar untuk anak-anak yang tidak mampu/miskin.

f. William T. Harris, ia mengungkapkan bahwa keberhasilan yang dicapai dalam sekolah adalah tetap memelihara nilai-nilai yang turun temurun dan dapat menyesuaikan diri dalam lingkungan masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline