Lihat ke Halaman Asli

Tiyas Mamuji

Mahasiswa Semester 5, Program Studi Tadris Fisika, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Situasi yang Kurasakan Jelang Pemilu Mendatang

Diperbarui: 27 Desember 2023   23:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sbs.com.au

Kata pemilu sudah tidak asing terdengar oleh telinga kita, terlebih pada abad sekarang banyak negara yang menggunakan system pemilu dalam pemerintahannya. 

Seorang pemikir klasik Aristoteles menyatakan bahwasanya pemilu ialah “memilih seorang sebagai wakil-wakil untuk mewakilkan kepentingan umum atau public beserta mengambil Keputusan atas nama rakyat”. Selanjutnya Robert A.Dahla menuturkan bahwa pemilu merupakan suatu peroses yang menjadikkan rakyat untuk memeilih perwakilan mereka dalam suatu pemerintahan, hal ini yang mencerminkan prinsip demokrasi.

Pada artikel ini kita akan membahas bagaimana kondisi serta situasi politik menjelang pemilu 2024. Apakah kondisi serta situasi akan sama dengan pemilu lima tahun yang telah kita lewati? Ini bukanlah hal yang asing lagi, banyak para pakar ahli politik yang telah membahas terkait topik ini,  serta maraknya para jurnalis sehingga banyak terbitnya berita serta artikel di berbagai lini.

Setiap partai politik mengusung para wakilnya, tak heran kita lihat di sepanjang jalan dan tempat umum banyak baleho serta sepanduk berisi calon koalisi dari berbagai partai yang ada. Dibenak ini hanya ada satu yang menjadi pikiran, bagaimana jadinya jika mereka tidak terpilih menjadi pemimpin yang akan datang? Bagaimana dengan uang yang telah mereka habiskan dalam kampanye yang telah dijalankan? Bukankah harga baleho, spanduk, kalender, serta kaos, yang masing-masing partai sebar dan bagikan itu mencapai jutaan bahkan miliaran?

Tentunya mereka sudah siap dengan apa yang menjadi Keputusan, kalah atau menang semua berada pada rakyat saat peroses pemilihan itu berjalan. Kita sebagai Masyarakat harus mendoakan yang terbaik bagi calon pemimpin yang akan datang, karena menjadi seorang pemimpin bukanlah hal yang mudah seperti apa yang dibayangkan. Dahulu di zaman Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wassalam, semua sahabat enggan ditunjuk menjadi pemimpin, bukan karena musuh yang menghadang, namung karena takut memikul beban serta pertanggung jawaban keadilan di mata Allah Azzawajalla yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang.

Kita hanya bisa berhusnuzhan terhadap janji-janji yang telah mereka lotarkan, apakah akan terealisasikan atau hanya sebatas perkataan yang terucap dilisan. Oleh karenanya kita sebagai ummat muslim yang bertakwa nan beriman, bukan hujatan yang kita lontarkan, namun yang dibutuhkan doa kebaikan terhadap pemimpin yang akan datang. Bahkan islam mengajarkan jika ingin memberi nasehat dan arahan terhadap pemimpin, maka peganglah kedua tangannya barulan sampaikan apa yang menjadi keluhan. 

Ironisnya banyak video serta berita di berbagai lini media masa yang berisi hujatan dan cacian yang tak patut diucapkan. Memang negara ini adalah demokratis namun sebagai muslim yang bertakwa nan beriman, dengan adab dan sopan santun maka akan tercipta kedamaian. Begitu dalam nya para pemikirin ulama terdahulu bahkan kepada pemimpin kita tidak boleh serampangan. Maka dari itu berusahalah tabayun dan teliti terhadap masalah yang kita dapati serta temukan. Semoga bermanfaat Barakallah Hufikum

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline