Lihat ke Halaman Asli

Tiwi Rahma

Tukang ketik

The Signal For Help: Bersuara dalam Senyap

Diperbarui: 31 Agustus 2024   06:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi dok. Freepik via kompas.com

       Semakin hari tingkat tindak kejahatan di masyarakat kian meningkat. Utamanya, kejahatan yang menargetkan perempuan dan anak sebagai korbannya. Hal tersebut, tidak lepas dari adanya anggapan bahwa perempuan dan anak merupakan individu inverior dalam tingkatan hierarki di masyarakat, yang tidak akan mampu memberikan perlawanan berarti ketika tindak kejahatan menimpa mereka. Salah satu tindak kejahatan yang kerap menimpa perempuan dan anak adalah kekerasan fisik yang dilakukan oleh keluarga, orangtua atau pasangan.

       Salah satu kasus yang pekan lalu sempat menyita perhatian adalah kasus tindak kekerasan dalam rumah tangga yang dialami oleh seorang selebgram cantik, sekaligus mantan atlet KEJURNAS tahun 2018 dari cabang olahraga anggar berinisial CIN. Dari cuplikan CCTV yang beredar dan sempat viral di tiktok diketahui tindak KDRT tersebut dilakukan oleh suami CIN sendiri.

       Kasus tersebut merupakan satu dari banyaknya kasus kekerasan pada perempuan diluar sana yang tidak terekspos di media dan juga masyarakat luas. Berdasarkan data yang dikutip dari website resmi KOMNAS perempuan di dapati sebuah fakta bahwa selama tahun 2023 saja, terdapat 289.111 kasus tercatat tindak kekerasan yang terjadi pada perempuan di Indonesia.

       Sedangkan bila berbicara tentang kekerasan pada anak-anak. Beberapa hari ini media sosial diramaikan oleh #justiceforNizam, bermula dari sebuah kasus kekerasan yang dilakukan oleh seorang ibu tiri berinisial IF pada anak sambungnya bernama Nizam berusia 6 tahun dari Pontianak hingga meninggal. Dikutip dari keterangan KOMBES Raden Petit Wijaya selaku KABID HUMAS KALBAR yang menangani kasus tersebut, dalam sebuah wawancara yang ditanyangkan di Kompas TV mengatakan; bahwasannya dari pengakuan pelaku. 

Bocah berusia 6 tahun tersebut di kunci di luar rumah sepulang sekolah di tanggal 19 agustus 2024, dimana saat itu sedang turun hujan. Tidak sampai di situ bocah bernasib malang tersebut juga tidak diberi makan. Hingga, esoknya tanggal 20 Agustus 2024 pelaku baru mengizinkan Nizam masuk ke dalam rumah untuk mandi. Tetapi, karena jalan Nizam yang sempoyongan sebab semalaman tidak diberi makan, IF pun mendorongnya hingga terjatuh. setelah mandi pun Nizam hanya diberikan air minum tanpa makanan, sebelum akhirnya bocah 6 tahun tersebut sesak nafas dan meninggal. 

       Kasus kekerasan pada anak yang berakhir dengan hilangnya nyawa bukan sekali ini saja terjadi. Miris. Tawa riang anak-anak yang seharusnya menjadi salah satu nyanyian yang mengalun indah mewarnai dunia harus hilang untuk selamanya oleh tangan-tangan oknum yang tidak bertanggung jawab. Berdasarkan data dari sistem informasi online perlindungan perempuan dan anak yang kemudian di publikasikan dalam sebuah artikel di website resmi kementrian pemberdayaan perempuan dan anak, hanya dalam rentang waktu januari hingga september tahun 2023 telah telah tercatat 15.120 kasus kekerasan pada anak.

       Adakah, yang tercengang? Melihat angka yang begitu besar terkait kasus kekerasan yang terjadi pada perempuan dan anak. Tapi, itulah adanya.

       Lalu, jika begitu, apakah tindak kejahatan berupa kekerasan pada perempuan dan anak hanya terjadi di Indonesia saja? Sayangnya, tidak. Hampir seluruh negara di dunia mengalami permasalahan tersebut. Walau dengan tingkat prosentase kasus setiap negara yang berbeda-beda. 

       Berdasarkan data yang dikutip dari website  resmi  UN Women di sebutkan terdapat sekitar kurang lebih 736 juta perempuan di dunia menjadi korban tindak kekerasan atau sekitar 30% perempuan di dunia. Tindak kekerasan yang diterima oleh perempuan meliputi kekerasan fisik dan atau seksual yang dilakukan oleh pasangan, keluarga atau oleh orang yang tidak dikenal. Dan angka tersebut kemudian meningkat di saat pandemi Covid-19 melanda dunia. Sebanyak 45% wanita di dunia menuturkan bahwa mereka atau perempuan yang mereka kenal menjadi korban KDRT.

       Kira-kira, mengapa tingkat kekerasan pada perempuan semakin berganti hari, semakin tinggi? Iya. boleh jadi hal tersebut terjadi karena korban takut untuk melaporkan tindak kekerasan yang dialaminya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline