Oleh: Tiuruli Sitorus
“Human have become the tools of their tools.” Begitu bunyi tulisan Henry David Thoreau
Ini adalah dunia yang jahat di mana karakter-karakter baik mulai hilang dari pengelihatan dan luput dalam genggaman. Maka, perjuangan untuk eksistensi generasi muda sebagai masa depan bangsa ini pun semakin berat. Remaja sekarang sangatlah berbeda dengan remaja pada satu dekade lalu. Satu hal yang paling menonjol adalah teknologi yang telah mengubah kebiasaan dan perilaku mereka pada masa sekarang.
Kita semua sudah tahu bahwa Indonesia merupakan salah satu pengguna terbesar Facebook dan Twitter. Banyak remaja yang pergi tidur bersama smartphone di bantal mereka dan bangun tidur dengan sejumlah notifikasi sosial media. Mereka juga sangat multitasking. Mereka bisa makan, berbicara, mengemudi, dan melakukan hal-hal lain, sementara jari mereka terus berkutat dalam mobile phone.
Para remaja haus akan pencarian jati diri dan sosial media seolah-olah memberikan ruang bagi mereka untuk mendapatkan jati diri tersebut. Mereka menemukan dirinya melalu apa yang mereka upload, apa yang mereka tweet dan apa yang mereka komentari. Parah lagi, jati diri tersebut adalah jati diri yang bersifat semu. Tak jarang mereka hanya menjadi budak teknologi. Bahkan, tanpa disadari, teknologi telah menjadi katalis yang menggerogoti identitas bangsa ini sedikit demi sedikit.
Lalu, dimanakah identitas diri Indonesia dapat ditemukan? Jawabannya adalah di Pancasila. Namun, generasi ini adalah generasi yang skeptis. Alhasil, mereka pun masih ragu bahwa Pancasila dapat menyelesaikan berbagai permasalahan yang ada di negeri ini. Keraguan tersebut memiliki dasar yang kuat. Korupsi, kemiskinan, ketidakadilan, dikriminasi, anarkisme dan berbagai masalah lain telah meruntuhkan kepercayaan generasi muda kepada para pemimpin bangsa dan kepada Pancasila sebagai ideologi. Tentu saja, mereka lebih memilih membaca mention di Twitter atau notifikasi di Facebook dari pada buku berkualitas, apalagi pendalaman butir-butir Pancasila.
Selanjutnya, apa yang akan terjadi dengan para generasi muda dan masa depan bangsaini? Jawabannya ada di tangan kita. Maka, topik ini layak untuk dibahas.
Esensi Pancasila
Ciri khas ideologi pancasila adalah ideologi terbuka yaitu nilai dan cita-citanya tidak dipaksakan dari luar, melainkan digali dan diambil dari kekayaan rohani, moral dan budaya masyaraktnya sendiri. Dasarnya berasal dari konsesus masyarakat, tidak diciptakan tetapi ditemukan dalam masyarakat sendiri. Oleh sebab itu, ideologi adalah milik semua rakyat dan masyarakat menemukan diri di dalamnya. Inilah yang membentuk identitas sebuah Negara. Pancasila sebagai ideologi tidak bersifat kaku dan tertutup, tetapi bersifat reformatif, dinamis, dan terbuka. Hal ini berarti bahwa pancasila senantiasa mengikuti perkembangan zaman. Walaupun, pancasila dibuat sekitar 68 tahun yang lalu, nilai-nilainya masih bisa direlevankan dengan keadaan sekarang.
Apa yang Perlu Kita Lakukan terhadap Pancasila?