Lihat ke Halaman Asli

WTP Masihkah Bisa Dibanggakan ?

Diperbarui: 31 Mei 2017   20:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Saya sering mendengar petuah lama yang berbunyi kalau mau menangkap tikus di lumbung tidak perlu membakar lumbungnya.

Mungkin itu bisa saja benar tapi kalau melihat kondisi sekarang para pemeriksa lumbung dan bahkan para penangkap tikusnya sudah menjadi tikus bahkan menjadi raja yang harus dilayani dan akan mempublikasikan sesuatu dengan seburuk buruknya berita bilamana tidak dipenuhi permintaannya atau dengan kata lain ente bayar ane semir ente pandir ane sebar.

KPK membuka mata saya - saya tidak mengatakan kita karena bisa saja anda sudah lebih dahulu mengetahuinya jauh sebelumnya - betapa kronisnya penyakit korupsi negeri ini. Pernah ada salah satu gubernur yang sepak terjangnya boleh dibilang berani menghadapi para tikus tikus itu sampai dia menantang anggota dewan sekalipun dan bahkan BPK pun pernah berselisih dengannya hasilnya bisa ditebak orang orang memihak BPK dan bermunculan komentar BPK tidak mungkin salah dan berbagai macam komentar yang sangat memojokkan sang gubernur.

Apakah laporan hasil BPK itu juga karena kurang semir? dari sang gubernur? ini hanyalah pertanyaan saya. Atau apakah karena sang gubernur tidak mau diajak menjadi tikus? jadi dianggap menghalangi jadi harus disingkirkan? banyak pertanyaan yang muncul dibenak saya dan saya berharap akan mendapatkan jawaban pada suatu waktu kelak.

Entah benar entah salah katanya salah satu pemeriksa yang dulunya sempat jadi pemeriksa kasus sang gubernur adalah orang yang sama yang sekarang berurusan dengan KPK. Semoga ini tidak benar.

WTP (Wajar Tanpa Pengecualian) adalah salah satu produk BPK yang sangat didambakan oleh semua instansi pemerintah mulai dari gubernur departemen dan pemerintah pusat sendiri sangat berharap pada tiga kata itu. 

Setelah kejadian OTT beberapa hari lalu saya jadi tersenyum kecut dan senyuman saya semakin kecut ketika mengetahui bagaimana proses pengadaan dana untuk WTP itu agar bisa diperoleh. 

Lumbung sudah penuh tikus dan para pemeriksa isi lumbung sudah menjadi tikus bahkan para penangkap tikuspun sudah banyak yang jadi tikus, apakah sudah waktunya lumbung itu dibakar dan diganti dengan lumbung baru ?.

Dan apakah WTP itu masih bisa dijadikan sesuatu yang membanggakan dan melegakan ? biarlah waktu yang menjawab.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline