Lihat ke Halaman Asli

Dan Ternyata Ahok Jadi Tersangka Pun Tidak Cukup

Diperbarui: 21 November 2016   10:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Selepas sholat subuh saya duduk depan komputer dan ternyata komputer saya lupa di "Off" kan dari semalam, dan kompasiana masih terbuka pada salah satu tabnya. Mata saya tertuju pada salah satu judul artikel " Saya Pro Ahok Jadi Tersangka " dalam hati berkata.. wah ini bener ga ada abisnya..dan ada rasa kecewa sekaligus bertanya dalam hati...Ya Allah kenapa saudaraku benar benar lupa dengan Teladan yang ditunjukkan oleh Rosul?. (soalnya belum lama saya menulis artikel perdana di kompasiana berkaitan dengan hal ini dengan judul ; Antara Maaf, Jihad dan Yang di Teladani).. Tapi setelah membaca sampai habis saya tersenyum dan hati saya terasa lega...Alhamdulillah.

Selesai ? ternyata tidak!!. para penggiat politik masih terus mengejar bahkan lebih gencar dan gesit (dibarengi seradak seruduk) dibanding  sopir angkot yang ngejar setoran setelah mendengar adzan Isya dari mesjid) dan seolah - olah dunia akan runtuh. Dari kecil saya hidup dilingkungan keluarga Muhammadiyah pendidikan SD pun saya habiskan di madrasah Muhammadiyah. Jadi tidak mengherankan bila sosok yang saya kagumi salah satunya adalah   Amin Rais. itu dulu !!!. Saya sedih, bingung, kasihan, marah campur aduk jadi satu setelah membaca salah satu berita yang memuat komentar Amin Rais " “Insya Allah si Cina kafir (Ahok) masuk penjara,”-satelitnews.com'.

Pening aku kata si Poltak Raja Minyak, begitu pula saya bahkan lebih dari itu...vertigo bisa jadi, bagaimana mungkin kalimat itu bisa keluar dari mulut seorang Amin Rais yang saya kagumi (dulu), tapi itulah kenyataannya (setidaknya tertulis diberita itu). Saya belajar di madrasah Muhammadiyah dan salah satu mata pelajarannya budi pekerti yang bernama " ke-Muhammadiyah-an" Amin Rais pasti lebih faham ?.tapi kenapa banyak sampah yang keluar ?, kenapa jadi RASIS yang parah, kenapa jadi Pemaki yang liar, kenapa jadi pemarah yang lepas kontrol ? dan siapa yang jadi teladannya dalam Islam ?. saya benar benar kecewa. itu bukan Amin Rais yang saya banggakan atau mungkin dia sudah berubah.

Dan bukan cuma itu, wakil sekertaris MUI pun berkata...seharusnya Ahok Ditahan. ini semua menambah daftar kekecewaan saya. Berbeda pendapat adalah hal yang wajar, tetapi jangan berlindung dalam kata penistaan agama dan membawanya dalam agenda yang lain. 

“Jadilah engkau pema’af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.”  - (QS. Al-A'raf : 199).

"Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun.” - (QS. Al-Baqarah : 263).

Apakah keinginan kita agar Ahok ditahan murni karena kita marah atas penistaan agama ? bukankah Rosul telah mengajari kita bagaimana menghadapi para penista agama ? .Atau kita marah karena target kita sebenarnya belum tercapai sehingga kita tetap memaksakan adanya tindakan dari pihak tertentu sehingga tujuan kita yang sebenarnya terlaksana?. 

Pada ahirnya saya memilih untuk menulis melampiaskan kekecewaan saya dan memberitahukan kepada Ridwan Loekito bahwa ...Ahok jadi Tersangka Tidak Cukup.... itu kata mereka. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline